PEMEROLEHAN BAHASA ANAK
2.1. Pemerolehan Bahasa Pertama
Bila kita mengamati perkembangan
kemampuan berbahasa anak, kita akan terkesan dengan pemerolehan bahasa anak
yang berjenjang dan teratur. Pada usia
satu tahun anak mulai mengucapkan kata-kata pertamanya yang terdiri dari satu
kata yang kadang-kadang tidak jelas tetapi sesungguhnya bermakna banyak. Contoh
anak mengucapkan kata “makan”, maknanya mungkin ingin makan, sudah makan, lapar
atau mungkin makanannya tidak enak, dsb. Pada perkembangan berikutnya mungkin
anak sudah dapat mengucapkan dua kata, contoh, “mama masak”, yang maknanya
dapat berarti: ibu masak, ibu telah masak, atau ibu akan masak sesuatu.
Demikian seterusnya hingga umur enam tahun anak telah siap menggunakan
bahasanya untuk belajar di sekolah dasar, sekaligus dengan bentuk-bentuk
tulisannya. Uraian di atas adalah contoh singkat bagaimana seorang anak
menguasai bahasa hingga enam tahun. Proses anak mulai mengenal komunikasi
dengan lingkungannya secara verbal itulah yang disebut dengan pemerolehan
bahasa anak. Jadi pemerolehan bahasa pertama terjadi bila anak pada awal
kehidupannya tanpa bahasa kini telah memperoleh satu bahasa. Pada masa
perolehan bahasa tersebut, bahasa anak
lebih mengarah pada fungsi komunikasi daripada bentuk atau struktur bahasanya.
Anak akan mengucapkan kata berikutnya untuk keperluan komunikasinya dengan
orang tua atau kerabat dekatnya.
Gracia (dalam Krisanjaya, 1998)
mengatakan bahwa pemerolehan bahasa anak dapat dikatakan mempunyai ciri
kesinambungan, memiliki suatu rangkaian
kesatuan, yang bergerak dari ucapan satu kata sederhana menuju gabungan kata
yang lebih rumit (sintaksis). Kalau kita beranggapan bahwa fungsi tangisan
sebagai awal dari kompetensi komunikasi, maka ucapan kata tunggal yang biasanya
sangat individual dan kadang aneh seperti: “mamam” atau “maem” untuk makan, hal ini menandai tahap pertama perkembangan bahasa formal. Untuk
perkembangan berikutnya kemampuan anak akan bergerak ke tahap yang melebihi
tahap awal tadi, yaitu anak akan menghadapi tugas-tugas perkembangan yang
berkaitan dengan fonologi, morfologi, sintaksis dan semantik. Ada dua pandangan
mengenai pemerolehan bahasa (McGraw dalam Krisanjaya, 1998). Pertama
pemerolehan bahasa mempunyai permulaan mendadak atau tiba-tiba. Kebebasan
berbahasa dimulai sekitar satu tahun ketika anak-anak menggunakan kata-kata
lepas atau terpisah dari simbol pada kebahasaan untuk mencapai aneka tujuan sosial mereka. Pandangan kedua
menyatakan bahwa pemerolehan bahasa memiliki suatu permulaan yang gradual yang
muncul dari prestasi-prestasi motorik, sosial dan kemampuan kognitif
pralinguistik. Khusus mengenai hubungan
perkembangan kognitif dengan perkembangan bahasa anak dapat disimpulkan 2 hal.
Pertama, jika seorang anak dapat
menghasilkan ucapan-ucapan yang berdasar pada tata bahasa yang teratur rapi tidaklah secara otomatis mengimplikasikan
bahwa anak telah menguasai bahasa yang bersangkutan dengan baik. Kedua, penutur
bahasa harus memperoleh kategori-kategori kognitif yang mendasari berbagai
makna ekspresif bahasa alamiah, seperti:
waktu, ruang, kausalitas dan sebagainya.
Strategi Pemerolehan Bahasa
Pertama
Anak-anak dalam proses
pemerolehan bahasa pada umumnya menggunakan 4 strategi. Strategi pertama adalah
meniru/imitasi. Berbagai penelitian menemukan berbagai jenis peniruan atau
imitasi, seperti:
1. imitasi spontan
2. imitasi perolehan
3. imitasi segera
4. imitasi lambat
5. imitasi perluasan
Strategi kedua dalam pemerolehan
bahasa adalah strategi produktivitas. Produktivitas berarti keefektifan dan
keefisienan dalam pemerolehan bahasa melalui sarana komunikasi linguistik dan
nonlinguistik (mimik, gerak, isyarat, suara dsb). Strategi ketiga adalah strategi umpan balik,
yaitu umpan balik antara strategi produksi ujaran (ucapan) dengan responsi. Strategi
keempat adalah apa yang disebut prinsip operasi. Dalam strategi ini anak
dikenalkan dengan pedoman, ”Gunakan beberapa prinsip operasi umum untuk
memikirkan serta menggunakan bahasa”( hindarkan kekecualian, prinsip khusus:
seperti kata: berajar menjadi belajar).
2.2 Pemerolehan Bahasa Kedua
Pemerolehan bahasa kedua dimaknai
saat seseorang memperoleh sebuah bahasa lain setelah terlebih dahulu ia
menguasai sampai batas tertentu bahasa pertamanya (bahasa ibu). Ada juga yang
menyamakan istilah bahasa kedua sebagai bahasa asing. Khusus bagi kondisi di
Indonesia, istilah bahasa pertama atau bahasa ibu, bahasa asli atau bahasa
utama, berwujud dalam bahasa daerah tertentu
sedangkan bahasa kedua berwujud dalam bahasa Indonesia dan bahasa asing. Tujuan
pengajaran bahasa asing kadang-kadang berbeda dengan pengajaran bahasa kedua.
Bahasa kedua biasanya merupakan bahasa resmi di negara tertentu, oleh karenanya
bahasa kedua sangat diperlukan untuk kepentingan politik, ekonomi dan
pendidikan. Terdapat perbedaan dalam proses belajar bahasa pertama dan bahasa
kedua.
Proses belajar bahasa pertama
memiliki ciri-ciri:
1. belajar tidak disengaja
2. berlangsung sejak lahir 17
3. lingkungan keluarga sangat menentukan
4. motivasi ada karena kebutuhan
5. banyak waktu untuk mencoba bahasa
6. banyak kesempatan untuk berkomunikasi.
Pada proses belajar bahasa kedua
terdapat ciri-ciri:
1. belajar bahasa disengaja, misalnya karena
menjadi salah satu mata pelajaran di sekolah
2. berlangsung setelah pelajar berada di sekolah
3. lingkungan sekolah sangat menentukan
4. motivasi pelajar untuk mempelajarinya tidak
sekuat mempelajari bahasa pertama.
Motivasi itu misalnya ingin memperoleh nilai baik pada waktu ulangan atau
ujian.
5. waktu belajar terbatas
6. pelajar tidak mempunyai banyak waktu untuk
mempraktikan bahasa yang dipelajari.
7. bahasa pertama mempengaruhi proses belajar
bahasa kedua
8. umur kritis mempelajari bahasa kedua
kadang-kadang telah lewat sehingga
proses belajar bahasa kedua berlangsung lama.
9. disediakan alat bantu belajar
10. ada orang yang
mengorganisasikannya, yakni guru dan sekolah.
Strategi Belajar Bahasa
Kedua
Dalam kaitannya dengan proses belajar bahasa
kedua perlu diperhatikan beberapa strategi yang dapat diterapkan. Stern (1983)
menjelaskan ada sepuluh strategi dalam proses belajar bahasa, yaitu:
1. strategi perencanaan dan belajar positif
2. strategi aktif, pendekatan aktif dalam tugas
belajar, libatkan siswa Anda secara aktif dalam belajar bahasa bahkan melalui
pelajaran yang lain.
3. strategi empatik, ciptakan empatik pada waktu
belajar bahasa.
4. strategi formal; perlu ditanamkan kepada
siswa bahwa proses belajar bahasa ini formal/terstruktur sebab pendidikan yang
sedang ditanamkan adalah pendidikan formal bukan alamiah.
5. strategi eksperimental; tidak ada salahnya
jika Anda mencoba-coba sesuatu untuk peningkatan belajar siswa Anda
6. strategi semantik, yakni menambah kosakata
siswa dengan berbagai cara, misalnya permainan (contoh: teka-teki); permainan
dapat meningkatkan keberhasilan belajar bahasa.
7. strategi praktis; pancinglah keinginan siswa
untuk mempraktikan apa yang telah
didapatkan dalam belajar bahasa, Anda sendiri harus dapat menciptakan situasi
yang kondusif di kelas.
8. strategi komunikasi; tidak hanya di kelas,
motivasi siswa untuk menggunakan
bahasa dalam kehidupan nyata meskipun
tanpa dipantau, berikan pertanyaan-pertanyaan atau PR yang memancing mereka bertanya kepada orang lain sehingga strategi ini
terpakai.
9. strategi monitor; siswa dapat saja memonitor
sendiri dan mengkritik penggunaan bahasa yang dipakainya, ini demi kemajuan
mereka.
10. strategi internalisasi; perlu
pengembangan/pembelajaran bahasa kedua yang telah dipelajari secara
terus-menerus/berkesinambungan.
DAFTAR PUSTAKA
Abimanyu, Soli dan Djamán, Satori. 1995.Model Pembelajaran di
Kelas-Kelas Awal
SD. Dekdikbud.
Akmajian, Adrian.1995. Pengantar
Bahasa dan Komunikasi . Kuala Lumpur. Dewan
Bahasa dan Pustaka-Kementrian
Pendidikan Malaysia.
Clark dan Clark. 1977. Psychology
And Language. Harcount. Brace Jovanovich, Inc.
Dardjowidjojo, Soenjono. 2000.
ECHA, Kisah Pemerolehan Bahasa Anak Indonesia.
Jakarta.Grasindo.
Hartati, Tatat. 2000. Pemerolehan
Imbuhan Siswa Sekolah Dasar Negeri Cile unyi
Kabupaten Bandung. Bandung. UPI.
Krisanjaya. 1998. Teori Belajar
Bahasa, Pemerolehan Bahasa Pertama . Jakarta. IKIP
Jakarta.
Marat, Samsuniwiyati. 1983. Psikolinguistik.
Bandung. Universitas Padjajaran.
Satori, Djam Án. 1995. Strategi
Penyampaian Materi, Hakikat dan Karakteris tik
Pengajaran di Kelas-Kelas Awal
SD. Jakarta. Dekdikbud.
Scot, Wendy. A dan Yretberg, H.
Lisbeth.1990. Teaching English To Children.
London, New York. Longman.
Simanjuntak,
Mangantar.1987.Pengantar Psikolinguistik Moden. Kuala Lumpur.
Dewan Bahasa dan Pustaka
Kementrian Pelajaran Malaysia.
Steinberg, Danny D. 1990.
Psikolinguistik Bahasa, Akal Budi, dan Dunia. Kuala
Lumpur. Dewan Bahasa dan
Pustaka. 50
Syafiíe, Soedarmi. 1996.
Pengajaran Bahasa Indonesia Di Kelas-Kelas Awal Sek olah
Dasar . Malang. Institute
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Malang.
Talib, Abdul Azis Abdul. 1989.
Pengajaran dan Pengujian Bahasa . Kuala Lumpur.
Nurin Enterprise.
Tampubolon. 1993. Mengembangkan
Minat dan Kebiasaan Membaca Pada Anak .
Bandung. Angkasa.
Tarigan, Henry Guntur. 1985.
Psikolinguistik. Bandung. Angkasa.
---------------------------.1988.
Pengajaran Pemerolehan Bahasa. Bandung. Angkasa.
Zuchdi, Darmiyati dan Budiasih.
1996. Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Di
Kelas Rendah. Jakarta. 1996.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar