Belajar atau
pembelajaran adalah merupakan sebuah kegiatan yang wajib kita lakukan dan kita
berikan kepada anak-anak kita. Karena ia merupakan kunci sukses unutk menggapai
masa depan yang cerah, mempersiapkan generasi bangsa dengan wawasan ilmu
pengetahuan yang tinggi. Yang pada akhirnya akan berguna bagi bangsa, negara,
dan agama. Melihat peran yang begitu vital, maka menerapkan metode yang efektif
dan efisien adalah sebuah keharusan. Dengan harapan proses belajar mengajar
akan berjalan menyenakngkan dan tidak membosankan. Di bawah ini adalah beberapa
metode pembelajaran efektif, yang mungkin bisa kita persiapkan.
Metode
Debat
Metode debat merupakan salah satu metode pembelajaran yang
sangat penting untuk meningkatkan kemampuan akademik siswa. Materi ajar dipilih
dan disusun menjadi paket pro dan kontra. Siswa dibagi ke dalam beberapa
kelompok dan setiap kelompok terdiri dari empat orang. Di dalam kelompoknya,
siswa (dua orang mengambil posisi pro dan dua orang lainnya dalam posisi
kontra) melakukan perdebatan tentang topik yang ditugaskan. Laporan
masing-masing kelompok yang menyangkut kedua posisi pro dan kontra diberikan
kepada guru.
Selanjutnya
guru dapat mengevaluasi setiap siswa tentang penguasaan materi yang meliputi
kedua posisi tersebut dan mengevaluasi seberapa efektif siswa terlibat dalam
prosedur debat. Pada dasarnya, agar semua model
berhasil seperti yang diharapkan pembelajaran kooperatif, setiap model harus
melibatkan materi ajar yang memungkinkan siswa saling membantu dan mendukung
ketika mereka belajar materi dan bekerja saling tergantung (interdependen)
untuk menyelesaikan tugas. Ketrampilan sosial yang dibutuhkan dalam usaha berkolaborasi
harus dipandang penting dalam keberhasilan menyelesaikan tugas kelompok.
Ketrampilan ini dapat diajarkan kepada siswa dan peran siswa dapat ditentukan
untuk memfasilitasi proses kelompok. Peran tersebut mungkin bermacam-macam
menurut tugas, misalnya, peran pencatat (recorder), pembuat kesimpulan
(summarizer), pengatur materi (material manager), atau fasilitator dan peran
guru bisa sebagai pemonitor proses belajar.
Metode
Role Playing
Metode Role Playing adalah suatu cara penguasaan bahan-bahan pelajaran
melalui pengembangan imajinasi dan penghayatan siswa. Pengembangan imajinasi
dan penghayatan dilakukan siswa dengan memerankannya sebagai tokoh hidup atau
benda mati. Permainan ini pada umumnya dilakukan lebih dari satu orang, hal itu
bergantung kepada apa yang diperankan. Kelebihan metode Role Playing:
Melibatkan seluruh siswa dapat berpartisipasi mempunyai kesempatan untuk memajukan kemampuannya dalam bekerjasama.
Melibatkan seluruh siswa dapat berpartisipasi mempunyai kesempatan untuk memajukan kemampuannya dalam bekerjasama.
1 Siswa bebas mengambil keputusan dan
berekspresi secara utuh.
2. Permainan
merupakan penemuan yang mudah dan dapat digunakan dalam situasi dan waktu yang
berbeda.
3. Guru
dapat mengevaluasi pemahaman tiap siswa melalui pengamatan pada waktu melakukan
permainan.
4. Permainan
merupakan pengalaman belajar yang menyenangkan bagi anak.
Metode
Pemecahan Masalah (Problem Solving)
Metode pemecahan masalah (problem solving) adalah penggunaan
metode dalam kegiatan pembelajaran dengan jalan melatih siswa menghadapi
berbagai masalah baik itu masalah pribadi atau perorangan maupun masalah kelompok
untuk dipecahkan sendiri atau secara bersama-sama. Orientasi pembelajarannya adalah investigasi dan penemuan yang
pada dasarnya adalah pemecahan masalah.
Adapun keunggulan metode problem solving sebagai berikut:
1. Melatih
siswa untuk mendesain suatu penemuan.
2. Berpikir
dan bertindak kreatif.
3.
Memecahkan masalah yang dihadapi secara realistis
4.
Mengidentifikasi dan melakukan penyelidikan.
5.
Menafsirkan dan mengevaluasi hasil pengamatan.
6.
Merangsang perkembangan kemajuan berfikir siswa untuk menyelesaikan masalah
yang dihadapi dengan tepat.
7. Dapat
membuat pendidikan sekolah lebih relevan dengan kehidupan, khususnya dunia
kerja.
Kelemahan metode problem solving sebagai berikut:
Kelemahan metode problem solving sebagai berikut:
1. Beberapa
pokok bahasan sangat sulit untuk menerapkan metode ini. Misal terbatasnya
alat-alat laboratorium menyulitkan siswa untuk melihat dan mengamati serta
akhirnya dapat menyimpulkan kejadian atau konsep tersebut.
2.
Memerlukan alokasi waktu yang lebih panjang dibandingkan dengan metode
pembelajaran
yang lain.
Pembelajaran
Berdasarkan Masalah
Problem Based Instruction (PBI) memusatkan pada masalah
kehidupannya yang bermakna bagi siswa, peran guru menyajikan masalah,
mengajukan pertanyaan dan memfasilitasi penyelidikan dan dialog.
Langkah-langkah:
1. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran. Menjelaskan logistik yang dibutuhkan.
1. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran. Menjelaskan logistik yang dibutuhkan.
Memotivasi
siswa terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah yang dipilih.
2. Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut (menetapkan topik, tugas, jadwal, dll.)
3. Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah, pengumpulan data, hipotesis, pemecahan masalah.
2. Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut (menetapkan topik, tugas, jadwal, dll.)
3. Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah, pengumpulan data, hipotesis, pemecahan masalah.
4. Guru
membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti
laporan dan membantu mereka berbagi tugas dengan temannya.
5. Guru
membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan
mereka dan proses-proses yang mereka gunakan.
Kelebihan:
1. Siswa dilibatkan pada kegiatan belajar sehingga pengetahuannya benar-benar diserapnya dengan baik.
1. Siswa dilibatkan pada kegiatan belajar sehingga pengetahuannya benar-benar diserapnya dengan baik.
2. Dilatih
untuk dapat bekerjasama dengan siswa lain.
3. Dapat
memperoleh dari berbagai sumber.
Kekurangan:
1. Untuk
siswa yang malas tujuan dari metode tersebut tidak dapat tercapai.
2.
Membutuhkan banyak waktu dan dana.
3. Tidak
semua mata pelajaran dapat diterapkan dengan metode ini
Cooperative
Script
Skrip kooperatif adalah metode belajar dimana siswa bekerja
berpasangan dan secara lisan mengikhtisarkan bagian-bagian dari materi yang
dipelajari.
Langkah-langkah:
1. Guru membagi siswa untuk berpasangan.
1. Guru membagi siswa untuk berpasangan.
2. Guru
membagikan wacana / materi tiap siswa untuk dibaca dan membuat ringkasan.
3. Guru dan siswa menetapkan siapa yang pertama berperan sebagai pembicara dan siapa yang berperan sebagai pendengar.
3. Guru dan siswa menetapkan siapa yang pertama berperan sebagai pembicara dan siapa yang berperan sebagai pendengar.
4.
Pembicara membacakan ringkasannya selengkap mungkin, dengan memasukkan ide-ide
pokok dalam ringkasannya. Sementara pendengar menyimak / mengoreksi /
menunjukkan ide-ide pokok yang kurang lengkap dan membantu mengingat /
menghapal ide-ide pokok dengan menghubungkan materi sebelumnya atau dengan
materi lainnya.
5. Bertukar
peran, semula sebagai pembicara ditukar menjadi pendengar dan sebaliknya, serta
lakukan seperti di atas.
6.
Kesimpulan guru.
7. Penutup.
Kelebihan:
• Melatih
pendengaran, ketelitian / kecermatan.
• Setiap
siswa mendapat peran.
• Melatih
mengungkapkan kesalahan orang lain dengan lisan.
Kekurangan:
• Hanya digunakan untuk mata pelajaran tertentu
• Hanya
dilakukan dua orang (tidak melibatkan seluruh kelas sehingga koreksi hanya sebatas
pada dua orang tersebut).
Picture
and Picture
Picture and Picture adalah suatu metode belajar yang
menggunakan gambar dan dipasangkan / diurutkan menjadi urutan logis.
Langkah-langkah:
1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai.
1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai.
2. Menyajikan
materi sebagai pengantar.
3. Guru
menunjukkan / memperlihatkan gambar-gambar yang berkaitan dengan materi.
4. Guru menunjuk / memanggil siswa secara bergantian memasang / mengurutkan gambar-gambar menjadi urutan yang logis.
4. Guru menunjuk / memanggil siswa secara bergantian memasang / mengurutkan gambar-gambar menjadi urutan yang logis.
5. Guru
menanyakan alas an / dasar pemikiran urutan gambar tersebut.
6. Dari
alasan / urutan gambar tersebut guru memulai menanamkan konsep / materi sesuai
dengan kompetensi yang ingin dicapai.
7.
Kesimpulan / rangkuman.
Kebaikan:
1. Guru
lebih mengetahui kemampuan masing-masing siswa.
2. Melatih
berpikir logis dan sistematis.
Kekurangan:
Memakan
banyak waktu. Banyak siswa yang pasif.
Numbered
Heads Together
Numbered Heads Together adalah suatu metode belajar dimana
setiap siswa diberi nomor kemudian dibuat suatu kelompok kemudian secara acak
guru memanggil nomor dari siswa.
Langkah-langkah:
1. Siswa dibagi dalam kelompok, setiap siswa dalam setiap kelompok mendapat nomor.
1. Siswa dibagi dalam kelompok, setiap siswa dalam setiap kelompok mendapat nomor.
2. Guru
memberikan tugas dan masing-masing kelompok mengerjakannya.
3. Kelompok
mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan tiap anggota kelompok dapat
mengerjakannya.
4. Guru
memanggil salah satu nomor siswa dengan nomor yang dipanggil melaporkan hasil
kerjasama mereka.
5.
Tanggapan dari teman yang lain, kemudian guru menunjuk nomor yang lain.
6.
Kesimpulan.
Kelebihan:
• Setiap
siswa menjadi siap semua.
• Dapat
melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh.
• Siswa
yang pandai dapat mengajari siswa yang kurang pandai.
Kelemahan:
•
Kemungkinan nomor yang dipanggil, dipanggil lagi oleh guru.
• Tidak
semua anggota kelompok dipanggil oleh guru
Metode
Investigasi Kelompok (Group Investigation)
Metode investigasi kelompok sering dipandang sebagai metode
yang paling kompleks dan paling sulit untuk dilaksanakan dalam pembelajaran
kooperatif. Metode ini melibatkan siswa sejak perencanaan, baik dalam
menentukan topik maupun cara untuk mempelajarinya melalui investigasi. Metode
ini menuntut para siswa untuk memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi
maupun dalam ketrampilan proses kelompok (group process skills). Para guru yang
menggunakan metode investigasi kelompok umumnya membagi kelas menjadi beberapa
kelompok yang beranggotakan 5 hingga 6 siswa dengan karakteristik yang
heterogen. Pembagian kelompok dapat juga didasarkan atas kesenangan berteman
atau kesamaan minat terhadap suatu topik tertentu. Para siswa memilih topik
yang ingin dipelajari, mengikuti investigasi mendalam terhadap berbagai
subtopik yang telah dipilih, kemudian menyiapkan dan menyajikan suatu laporan
di depan kelas secara keseluruhan. Adapun deskripsi mengenai langkah-langkah
metode investigasi kelompok dapat dikemukakan sebagai berikut:
a.
Seleksi topic
Parasiswa
memilih berbagai subtopik dalam suatu wilayah masalah umum yang biasanya
digambarkan lebih dahulu oleh guru. Para siswa selanjutnya diorganisasikan
menjadi kelompok-kelompok yang berorientasi pada tugas (task oriented groups)
yang beranggotakan 2 hingga 6 orang. Komposisi kelompok heterogen baik dalam
jenis kelamin, etnik maupun kemampuan akademik.
b.
Merencanakan kerjasama
Parasiswa
beserta guru merencanakan berbagai prosedur belajar khusus, tugas dan tujuan
umum yang konsisten dengan berbagai topik dan subtopik yang telah dipilih dari
langkah a) di atas.
c.
Implementasi
Parasiswa
melaksanakan rencana yang telah dirumuskan pada langkah
b).
Pembelajaran harus melibatkan berbagai aktivitas dan ketrampilan dengan variasi
yang luas dan mendorong para siswa untuk menggunakan berbagai sumber baik yang
terdapat di dalam maupun di luar sekolah. Guru secara terus-menerus mengikuti
kemajuan tiap kelompok dan memberikan bantuan jika diperlukan.
d.
Analisis dan sintesis
Parasiswa
menganalisis dan mensintesis berbagai informasi yang diperoleh pada langkah c)
dan merencanakan agar dapat diringkaskan dalam suatu penyajian yang menarik di
depan kelas.
e.
Penyajian hasil akhir
Semua
kelompok menyajikan suatu presentasi yang menarik dari berbagai topik yang
telah dipelajari agar semua siswa dalam kelas saling terlibat dan mencapai
suatu perspektif yang luas mengenai topik tersebut. Presentasi kelompok
dikoordinir oleh guru.
f. Evaluasi
f. Evaluasi
Guru
beserta siswa melakukan evaluasi mengenai kontribusi tiap kelompok terhadap
pekerjaan kelas sebagai suatu keseluruhan. Evaluasi dapat mencakup tiap siswa
secara individu atau kelompok, atau keduanya.
Metode
Jigsaw
Pada dasarnya, dalam model ini guru membagi satuan informasi
yang besar menjadi komponen-komponen lebih kecil. Selanjutnya guru membagi
siswa ke dalam kelompok belajar kooperatif yang terdiri dari empat orang siswa
sehingga setiap anggota bertanggungjawab terhadap penguasaan setiap
komponen/subtopik yang ditugaskan guru dengan sebaik-baiknya. Siswa dari
masing-masing kelompok yang bertanggungjawab terhadap subtopik yang sama
membentuk kelompok lagi yang terdiri dari yang terdiri dari dua atau tiga
orang.
Siswa-siswa ini bekerja sama untuk menyelesaikan tugas
kooperatifnya dalam:
a) belajar
dan menjadi ahli dalam subtopik bagiannya;
b)
merencanakan bagaimana mengajarkan subtopik bagiannya kepada anggota kelompoknya semula. Setelah itu siswa
tersebut kembali lagi ke kelompok masing-masing sebagai “ahli” dalam
subtopiknya dan mengajarkan informasi penting dalam subtopik tersebut kepada
temannya. Ahli dalam subtopik lainnya juga bertindak serupa. Sehingga seluruh
siswa bertanggung jawab untuk menunjukkan penguasaannya terhadap seluruh materi
yang ditugaskan oleh guru. Dengan demikian, setiap siswa dalam kelompok harus
menguasai topik secara keseluruhan.
Metode
Team Games Tournament (TGT)
Pembelajaran kooperatif model TGT adalah salah satu tipe atau
model pembelajaran kooperatif yang mudah diterapkan, melibatkan aktivitas
seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan status, melibatkan peran siswa sebagai
tutor sebaya dan mengandung unsur permainan dan reinforcement.
Aktivitas belajar dengan permainan yang dirancang dalam
pembelajaran kooperatif model TGT memungkinkan siswa dapat belajar lebih rileks
disamping menumbuhkan tanggung jawab, kerjasama, persaingan sehat dan
keterlibatan belajar. Ada5 komponen utama dalam
komponen utama dalam TGT yaitu:
1.
Penyajian kelas
Pada awal pembelajaran guru menyampaikan materi dalam penyajian
kelas, biasanya dilakukan dengan pengajaran langsung atau dengan ceramah,
diskusi yang dipimpin guru. Pada saat penyajian kelas ini siswa harus
benar-benar memperhatikan dan memahami materi yang disampaikan guru, karena
akan membantu siswa bekerja lebih baik pada saat kerja kelompok dan pada saat
game karena skor game akan menentukan skor kelompok.
2. Kelompok (team)
2. Kelompok (team)
Kelompok biasanya terdiri dari 4 sampai 5 orang siswa yang
anggotanya heterogen dilihat dari prestasi akademik, jenis kelamin dan ras atau
etnik. Fungsi kelompok adalah untuk lebih mendalami materi bersama teman
kelompoknya dan lebih khusus untuk mempersiapkan anggota kelompok agar bekerja
dengan baik dan optimal pada saat game.
3. Game
Game terdiri dari pertanyaan-pertanyaan yang dirancang untuk
menguji pengetahuan yang didapat siswa dari penyajian kelas dan belajar
kelompok. Kebanyakan game terdiri dari pertanyaan-pertanyaan sederhana
bernomor. Siswa memilih kartu bernomor dan mencoba menjawab pertanyaan yang
sesuai dengan nomor itu. Siswa yang menjawab benar pertanyaan itu akan mendapat
skor. Skor ini yang nantinya dikumpulkan siswa untuk turnamen mingguan.
4. Turnamen
Biasanya turnamen dilakukan pada akhir minggu atau pada setiap
unit setelah guru melakukan presentasi kelas dan kelompok sudah mengerjakan
lembar kerja. Turnamen pertama guru membagi siswa ke dalam beberapa meja
turnamen. Tiga siswa tertinggi prestasinya dikelompokkan pada meja I, tiga siswa
selanjutnya pada meja II dan seterusnya.
5. Team
recognize (penghargaan kelompok)
Guru kemudian mengumumkan kelompok yang menang, masing-masing
team akan mendapat sertifikat atau hadiah apabila rata-rata skor memenuhi
kriteria yang ditentukan. Team mendapat julukan “Super Team” jika rata-rata
skor 45 atau lebih, “Great Team” apabila rata-rata mencapai 40-45 dan “Good
Team” apabila rata-ratanya 30-40
Model
Student Teams – Achievement Divisions (STAD)
Siswa dikelompokkan secara heterogen kemudian siswa yang pandai
menjelaskan
anggota
lain sampai mengerti.
Langkah-langkah:
1. Membentuk kelompok yang anggotanya 4 orang secara heterogen (campuran menurut prestasi, jenis kelamin, suku, dll.).
1. Membentuk kelompok yang anggotanya 4 orang secara heterogen (campuran menurut prestasi, jenis kelamin, suku, dll.).
2. Guru
menyajikan pelajaran.
3. Guru
memberi tugas kepada kelompok untuk dikerjakan oleh anggota kelompok. Anggota
yang tahu menjelaskan kepada anggota lainnya sampai semua anggota dalam
kelompok itu mengerti.
4. Guru
memberi kuis / pertanyaan kepada seluruh siswa. Pada saat menjawab kuis tidak
boleh saling membantu.
5. Memberi
evaluasi.
6. Penutup.
Kelebihan:
1. Seluruh
siswa menjadi lebih siap.
2. Melatih
kerjasama dengan baik.
Kekurangan:
1. Anggota
kelompok semua mengalami kesulitan.
2.
Membedakan siswa.
Model
Examples Non Examples
Examples Non Examples adalah metode belajar yang menggunakan
contoh-contoh. Contoh-contoh dapat dari kasus / gambar yang relevan dengan KD.
Langkah-langkah:
1. Guru
mempersiapkan gambar-gambar sesuai dengan tujuan pembelajaran.
2. Guru
menempelkan gambar di papan atau ditayangkan lewat OHP.
3. Guru
memberi petunjuk dan memberi kesempatan kepada siswa untuk memperhatikan /
menganalisa gambar.
4. Melalui
diskusi kelompok 2-3 orang siswa, hasil diskusi dari analisa gambar tersebut
dicatat pada kertas.
5. Tiap
kelompok diberi kesempatan membacakan hasil diskusinya.
6. Mulai
dari komentar / hasil diskusi siswa, guru mulai menjelaskan materi sesuai
tujuan yang ingin dicapai.
7. Kesimpulan.
Kebaikan:
1. Siswa
lebih kritis dalam menganalisa gambar.
2. Siswa
mengetahui aplikasi dari materi berupa contoh gambar.
3. Siswa
diberi kesempatan untuk mengemukakan pendapatnya.
Kekurangan:
1. Tidak
semua materi dapat disajikan dalam bentuk gambar.
2. Memakan
waktu yang lama.
Model
Lesson Study
Lesson Study adalah suatu metode yang dikembangkan di Jepang
yang dalam bahasa Jepangnya disebut Jugyokenkyuu. Istilah lesson study sendiri
diciptakan oleh Makoto Yoshida.
Lesson Study merupakan suatu proses dalam mengembangkan
profesionalitas guru-guru di Jepang dengan jalan menyelidiki/ menguji praktik
mengajar mereka agar menjadi lebih
efektif.
Adapun
langkah-langkahnya sebagai berikut:
1. Sejumlah
guru bekerjasama dalam suatu kelompok. Kerjasama ini meliputi:
a.
Perencanaan.
b. Praktek
mengajar.
c.
Observasi.
d.
Refleksi/ kritikan terhadap pembelajaran.
2. Salah
satu guru dalam kelompok tersebut melakukan tahap perencanaan yaitu membuat
rencana pembelajaran yang matang dilengkapi dengan dasar-dasar teori yang menunjang.
3. Guru
yang telah membuat rencana pembelajaran pada (2) kemudian mengajar di kelas
sesungguhnya. Berarti tahap praktek mengajar terlaksana.
4.
Guru-guru lain dalam kelompok tersebut mengamati proses pembelajaran sambil
mencocokkan
rencana pembelajaran yang telah dibuat. Berarti tahap observasi terlalui.
5. Semua
guru dalam kelompok termasuk guru yang telah mengajar kemudian bersama-sama
mendiskusikan pengamatan mereka terhadap pembelajaran yang telah berlangsung.
Tahap ini
merupakan tahap refleksi. Dalam tahap ini juga didiskusikan langkah-langkah
perbaikan
untuk pembelajaran berikutnya.
6. Hasil
pada (5) selanjutnya diimplementasikan pada kelas/ pembelajaran berikutnya dan
seterusnya
kembali ke (2).
Adapun
kelebihan metode lesson study sebagai berikut:
- Dapat
diterapkan di setiap bidang mulai seni, bahasa, sampai matematika dan olahraga
dan pada
setiap tingkatan kelas.
- Dapat
dilaksanakan antar/ lintas sekolah.
Baca Juga :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar