Tentang Psikologi Belajar Anak
Proses psikologi belajar anak turut menentukan
hasil belajar anak, proses tersebut meliputi conditioning, pembentukan
kebiasaan, peniruan, model sosial, proses kognitif, tahap perkembangan, dan pemprosesan informasi. Ada dua teori yang
membagi proses-proses tesebut yaitu teori behavioral dan teori
kognitif.
Teori kognitif meyakini bahwa pengetahuan itu
dipelajari/ diperoleh dari hasil pembelajaran dan perubahan dalam pengetahuan
menyebabkan adanya perubahan perilaku. Sedangkan
Teori Behavioral yaitu teori yang menganggap bahwa belajar
menghasilkan perubahan perilaku dan menekankan adanya faktor eksternal terhadap
individu. Menurut mereka hasil proses belajar harus meliputi sesuatu yang dapat
dilihat dan diamati. Teori behavioral meliputi Classical conditioning, Operant conditioning (instrument conditioning), Pembentukan kebiasaan, Peniruan (imitation)
Kapanpun dua pengindraan
terjadi secara bersama-sama dan berulang kali, maka keduanya akan taerkait,
yang menyebabkan jika satu dari sensasi (stimulus) terjadi, maka yang lainnya
akan memberikan respon, hal tersebut dinamakan Classical conditioning . Melalui proses classical conditioning inilah
manusia dan binatang dapat belajar merespon secara otomatis terhadap suatu
stimulus. Responnya dapat berupa reaksi emosional, seperti : takut, senang,
atau respon, fisiologis, seperti : ketegengan otot. Sedangkan yang dimaksud operant conditioning (instrument
conditioning) yaitu proses
belajar anak yang dipengaruhi oleh faktor penarik dan pendorong berupa hadiah/
hukuman.
Balajar juga dapat terjadi
melalui proses pembentukan kebiasaan, dengan cara melakukan suatu hal secara
berulang-ulang sehingga tanpa disadari hal tersebut menjadi sebuah kebiasaan.
Contohnya dibiasakan bangun pagi jam 3 lalu belajar dan hal itu dilakukan
setiap hari sehingga menjadi sebuah kebiasaan. Selain itu ada juga yang disebut
imitation, dari katanya sendiri sudah jelas sekali atinya yaitu peniruan,
belajar dapat juga terjadi akibat meniru, seerti seorang bayi, melihat ibunya
mengejakan kata “mama”, bayi tersebut akan berusaha menirukan, tanpa disadari
hal tersebut merupakan proses belajar juga.
Pada dasarnya pemrosesan
informasi dapat dilakukan dengan bermacam-macam cara, terkadang apa yang
terjadi disekitar kita secara tidak langsung memberikan pelajaran bag kita.
Jadi proses pembelajaran bukan hanya sebatas di sekolah saja tapi belajar dapat
dilakukan dimana saja dan kapan saja.
Pembelajaran juga harus sesuai
dengan perkembangan anak, hal tersebut menentukan sikap kita dalam memberikan
pelajaran. Anak kecil misalnya, kita harus berusaha memberikan pelajaran degan
cara semenarik mungkin, misal belajar diselingi degan permainan, menyanyi dan
membacakan dongeng. Untuk anak dewasa yang telah dapat memandang sesuatu dengan
realistik menuntut kita untuk dapat memberikan pelajaran menarik dengan
memberikan contoh-contoh fenomena yang terjadi di sekitar mereka. Guru dituntut
menjadi fasilitator bagi murid-muridnya, sehingga guru harus melakukan proses
pembelajaran semenarik mungkin.=)\
Aspek-Aspek Perkembangan Anak Usia Dini
Pada masa usia dini
anak mengalami masa keemasan (the golden years) yang
merupakan masa dimana anak mulai peka/sensitif untuk menerima berbagai
rangsangan. Masa peka pada masing-masing anak berbeda, seiring dengan laju
pertumbuhan dan perkembangan anak secara individual.
Masa
peka adalah masa terjadinya kematangan fungsi fisik dan psikis
yang siap merespon stimulasi yang diberikan oleh lingkungan. Masa ini juga
merupakan masa peletak dasar untuk mengembangkan kemampuan kognitif,
motorik, bahasa, sosio emosional, agama dan moral.
Beberapa
Aspek-Aspek Perkembangan Anak Usia Dini :
Tahapan
Perkembangan Kognitif sesuai dengan teori Piaget adalah:
1. Tahap
sensorimotor, usia 0–2 tahun. Pada masa ini kemampuan anak terbatas pada
gerak-gerak refleks, bahas awal, waktu sekarang dan ruang yang dekat saja;
2. Tahap
pra-operasional, usia 2–7 tahun. Masa ini kemampuan menerima rangsangan yang
terbatas. Anak mulai berkembang kemampuan bahasanya, walaupun pemikirannya
masih statis dan belum dapat berpikir abstrak, persepsi waktu dan tempat masih
terbatas;
3. Tahap
konkret operasional, 7–11 tahun. Pada tahap ini anak sudah mampu menyelesaikan
tugas-tugas menggabungkan, memisahkan, menyusun, menderetkan, melipat dan
membagi;
4. Tahap
formal operasional, usia 11 – 15 tahun. Pada masa ini, anak sudah mampu
berfikir tingkat tinggi, mampu berfikir abstrak.
Perkembangan motorik merupakan perkembangan pengendalian
gerakan jasmaniah melalui kegiatan pusat syaraf, urat syaraf dan otot
terkoordinasi (Hurlock: 1998). Keterampilan motorik anak terdiri atas
keterampilan motorik kasar dan keterampilan motorik halus. Keterampilan motorik
anak usia 4-5 tahun lebih banyak berkembang pada motorik kasar, setelah usia 5
tahun baru.terjadi perkembangan motorik halus.
Pada usia 4 tahun anak-anak masih suka jenis gerakan
sederhana seperti berjingkrak-jingkrak, melompat, dan berlari kesana kemari,
hanya demi kegiatan itu sendiri tapi mereka sudah berani mengambil resiko.
Walaupun mereka sudah dapat memanjat tangga dengan satu kaki pada setiap tiang
anak tangga untuk beberapa lama, mereka baru saja mulai dapat turun dengan cara
yang sama.
Pada usia 5 tahun, anak-anak bahkan lebih berani mengambil
resiko dibandingkan ketika mereka berusia 4 tahun. Mereka lebih percaya diri
melakukan ketangkasan yang mengerikan seperti memanjat suatu obyek, berlari
kencang dan suka berlomba dengan teman sebayanya bahkan orangtuanya
(Santrock,1995: 225)
Hart & Risley (Morrow, 1993) mengatakan umur 2 tahun,
anak-anak memproduksi rata-rata dari 338 ucapan yang dapat dimengerti dalam
setiap jam, cakupan lebih luas adalah antara rentangan 42 sampai 672. 2 tahun
lebih tua anak-anak dapat mengunakan kira-kira 134 kata-kata pada jam yang
berbeda, dengan rentangan 18 untuk 286.
Membaca dan menulis merupakan bagian dari belajar bahasa.
Untuk bisa membaca dan menulis, anak perlu mengenal beberapa kata dan beranjak
memahami kalimat. Dengan membaca anak juga semakin banyak menambah kosakata.
Anak dapat belajar bahasa melalaui membaca buku cerita dengan nyaring. Hal ini
dilakukan untuk mengajarkan anak tentang bunyi bahasa.
Masa TK merupakan masa kanak-kanak awal. Pola perilaku sosial
yang terlihat pada masa kanak-kanak awal, seperti yang diungkap oleh Hurlock
(1998:252) yaitu: kerjasama, persaingan, kemurahan hati, hasrat akan penerimaan
sosial, simpati, empat,
ketergantungan, sikap ramah, sikap tidak mementingkan diri sendiri, meniru,
perilaku kelekatan.
Erik Erikson (1950) dalam Papalia dan Old, 2008:370 seorang
ahli psikoanalisis mengidentifikasi perkembangan sosial anak:
(1)
Tahap 1: Basic Trust vs Mistrust (percaya vs curiga), usia 0-2 tahun.Dalam
tahap ini bila dalam merespon rangsangan, anak mendapat pengalaman yang
menyenamgkan akan tumbuh rasa percaya diri, sebaliknya pengalaman yang kurang
menyenangkan akan menimbulkan rasa curiga;
(2)
Tahap 2 : Autonomy vs Shame & Doubt (mandiri vs ragu), usia 2-3 tahun. Anak
sudah mampu menguasai kegiatan meregang atau melemaskan seluruh otot-otot
tubuhnya.
Anak
pada masa ini bila sudah merasa mampu menguasai anggota tubuhnya dapat
meimbulkan rasa otonomi, sebaliknya bila lingkungan tidak memberi kepercayaan
atau terlalu banyak bertindak untuk anak akan menimbulkan rasa malu dan
ragu-ragu;
(3)
Tahap 3 : Initiative vs Guilt (berinisiatif vs bersalah), usia 4-5 tahun.
Pada
masa ini anak dapat menunjukkan sikap mulai lepas dari ikatan orang tua, anak
dapat bergerak bebas dan ber interaksi dengan lingkungannya. Kondisi lepas dari orang
tua menimbulkan rasa untuk berinisiatif, sebaliknya dapat menimbulkan rasa
bersalah; (4) Tahap 4 : industry vs inferiority (percaya diri vs rasa rendah
diri), usia 6 tahun – pubertas.
Anak
telah dapat melaksanakan tugas-tugas perkembangan untuk menyiapkan diri
memasuki masa dewasa. Perlu memiliki suatu keterampilan tertentu. Bila anak
mampu menguasai suatu keterampilan tertentu dapat menimbulkan rasa berhasil,
sebaliknya bila tidak menguasai, menimbulkan rasa rendah diri.
Rujukan :
Arya,
P.K. 2008. Rahasia Mengasah Talenta Anak. Jogjakarta: Think
Hurlock,
Elizabeth B. 1998. Psikologi Perkembangan, terj. Istiwidiyanti dan
Soedjarwo. Jakarta: Erlangga
Anonym.
2007. Prinsip dan Praktek Pendidikan Anak
Usia Dini. Jakarta: Direktorat PAUD
Papalia,
Diane E, Etc. 2008. Human Development (Psikologi Perkembangan, terjemahan A. K.
Anwar). Jakarta: Kencana Prenada Media Grup
Santrock
W John. 1995. Life Span Development, Jakarta: PT Erlangga, 1995.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar