Halaman

Jumat, 17 Agustus 2012

Perolehan bahasa pertmama

PEMEROLEHAN BAHASA ANAK
2.1.  Pemerolehan Bahasa Pertama 
Bila kita mengamati perkembangan kemampuan berbahasa anak, kita akan terkesan dengan pemerolehan bahasa anak yang berjenjang dan teratur. Pada  usia satu tahun anak mulai mengucapkan kata-kata pertamanya yang terdiri dari satu kata yang kadang-kadang tidak jelas tetapi sesungguhnya bermakna banyak. Contoh anak mengucapkan kata “makan”, maknanya mungkin ingin makan, sudah makan, lapar atau mungkin makanannya tidak enak, dsb. Pada perkembangan berikutnya mungkin anak sudah dapat mengucapkan dua kata, contoh, “mama masak”, yang maknanya dapat berarti: ibu masak, ibu telah masak, atau ibu akan masak sesuatu. Demikian seterusnya hingga umur enam tahun anak telah siap menggunakan bahasanya untuk belajar di sekolah dasar, sekaligus dengan bentuk-bentuk tulisannya. Uraian di atas adalah contoh singkat bagaimana seorang anak menguasai bahasa hingga enam tahun. Proses anak mulai mengenal komunikasi dengan lingkungannya secara verbal itulah yang disebut dengan pemerolehan bahasa anak. Jadi pemerolehan bahasa pertama terjadi bila anak pada awal kehidupannya tanpa bahasa kini telah memperoleh satu bahasa. Pada masa perolehan bahasa  tersebut, bahasa anak lebih mengarah pada fungsi komunikasi daripada bentuk atau struktur bahasanya. Anak akan mengucapkan kata berikutnya untuk keperluan komunikasinya dengan orang tua atau kerabat dekatnya.
Gracia (dalam Krisanjaya, 1998) mengatakan bahwa pemerolehan bahasa anak dapat dikatakan mempunyai ciri kesinambungan,  memiliki suatu rangkaian kesatuan, yang bergerak dari ucapan satu kata sederhana menuju gabungan kata yang lebih rumit (sintaksis). Kalau kita beranggapan bahwa fungsi tangisan sebagai awal dari kompetensi komunikasi, maka ucapan kata tunggal yang biasanya sangat individual dan kadang aneh seperti: “mamam” atau “maem”  untuk makan, hal ini menandai  tahap pertama perkembangan bahasa formal. Untuk perkembangan berikutnya kemampuan anak akan bergerak ke tahap yang melebihi tahap awal tadi, yaitu anak akan menghadapi tugas-tugas perkembangan yang berkaitan dengan fonologi, morfologi, sintaksis dan semantik. Ada dua pandangan mengenai pemerolehan bahasa (McGraw dalam Krisanjaya, 1998). Pertama pemerolehan bahasa mempunyai permulaan mendadak atau tiba-tiba. Kebebasan berbahasa dimulai sekitar satu tahun ketika anak-anak menggunakan kata-kata lepas atau terpisah dari simbol pada kebahasaan untuk mencapai aneka  tujuan sosial mereka. Pandangan kedua menyatakan bahwa pemerolehan bahasa memiliki suatu permulaan yang gradual yang muncul dari prestasi-prestasi motorik, sosial dan kemampuan kognitif pralinguistik.  Khusus mengenai hubungan perkembangan kognitif dengan perkembangan bahasa anak dapat disimpulkan 2 hal. Pertama, jika  seorang anak dapat menghasilkan ucapan-ucapan yang berdasar pada tata  bahasa yang teratur rapi  tidaklah secara otomatis mengimplikasikan bahwa anak telah menguasai bahasa yang bersangkutan dengan baik. Kedua, penutur bahasa harus memperoleh kategori-kategori kognitif yang mendasari berbagai makna ekspresif  bahasa alamiah, seperti: waktu, ruang, kausalitas dan sebagainya.
Strategi Pemerolehan Bahasa Pertama
Anak-anak dalam proses pemerolehan bahasa pada umumnya menggunakan 4 strategi. Strategi pertama adalah meniru/imitasi. Berbagai penelitian menemukan berbagai jenis peniruan atau imitasi, seperti:
1. imitasi spontan
2.  imitasi perolehan
3.  imitasi segera
4.  imitasi lambat
5.  imitasi perluasan
Strategi kedua dalam pemerolehan bahasa adalah strategi produktivitas. Produktivitas berarti keefektifan dan keefisienan dalam pemerolehan bahasa melalui sarana komunikasi linguistik dan nonlinguistik (mimik, gerak, isyarat, suara dsb).  Strategi ketiga adalah strategi umpan balik, yaitu umpan balik antara strategi produksi ujaran (ucapan) dengan responsi. Strategi keempat adalah apa yang disebut prinsip operasi. Dalam strategi ini anak dikenalkan dengan pedoman, ”Gunakan beberapa prinsip operasi umum untuk memikirkan serta menggunakan bahasa”( hindarkan kekecualian, prinsip khusus: seperti kata: berajar menjadi belajar).
2.2 Pemerolehan Bahasa Kedua
Pemerolehan bahasa kedua dimaknai saat seseorang memperoleh sebuah bahasa lain setelah terlebih dahulu ia menguasai sampai batas tertentu bahasa pertamanya (bahasa ibu). Ada juga yang menyamakan istilah bahasa kedua sebagai bahasa asing. Khusus bagi kondisi di Indonesia, istilah bahasa pertama atau bahasa ibu, bahasa asli atau bahasa utama,  berwujud dalam bahasa daerah tertentu sedangkan bahasa kedua berwujud dalam bahasa Indonesia dan bahasa asing. Tujuan pengajaran bahasa asing kadang-kadang berbeda dengan pengajaran bahasa kedua. Bahasa kedua biasanya merupakan bahasa resmi di negara tertentu, oleh karenanya bahasa kedua sangat diperlukan untuk kepentingan politik, ekonomi dan pendidikan. Terdapat perbedaan dalam proses belajar bahasa pertama dan bahasa kedua.
Proses belajar bahasa pertama memiliki ciri-ciri:
1.  belajar tidak disengaja
2.  berlangsung sejak lahir   17
3.  lingkungan keluarga  sangat menentukan
4.  motivasi ada karena kebutuhan
5.  banyak waktu untuk mencoba bahasa
6.   banyak kesempatan untuk berkomunikasi.
Pada proses belajar bahasa kedua terdapat ciri-ciri:
1.  belajar bahasa disengaja, misalnya karena menjadi salah satu mata pelajaran di sekolah
2.  berlangsung setelah pelajar berada di sekolah
3.  lingkungan sekolah sangat menentukan
4.  motivasi pelajar untuk mempelajarinya tidak sekuat  mempelajari bahasa pertama. Motivasi itu misalnya ingin memperoleh nilai baik pada waktu ulangan atau ujian.
5.  waktu belajar terbatas
6.  pelajar tidak mempunyai banyak waktu untuk mempraktikan bahasa yang dipelajari.
7.  bahasa pertama mempengaruhi proses belajar bahasa kedua
8.  umur kritis mempelajari bahasa kedua kadang-kadang  telah lewat sehingga proses belajar bahasa kedua berlangsung lama.
9.  disediakan alat bantu belajar
10. ada orang yang mengorganisasikannya, yakni guru dan sekolah.

Strategi Belajar Bahasa Kedua 
 Dalam kaitannya dengan proses belajar bahasa kedua perlu diperhatikan beberapa strategi yang dapat diterapkan. Stern (1983) menjelaskan ada sepuluh strategi dalam proses belajar bahasa, yaitu:
1.  strategi perencanaan dan belajar positif
2.  strategi aktif, pendekatan aktif dalam tugas belajar, libatkan siswa Anda secara aktif dalam belajar bahasa bahkan melalui pelajaran yang lain.
3.  strategi empatik, ciptakan empatik pada waktu belajar bahasa.
4.  strategi formal; perlu ditanamkan kepada siswa bahwa proses belajar bahasa ini formal/terstruktur sebab pendidikan yang sedang ditanamkan adalah pendidikan formal bukan alamiah.
5.  strategi eksperimental; tidak ada salahnya jika Anda mencoba-coba sesuatu untuk peningkatan belajar siswa Anda
6.  strategi semantik, yakni menambah kosakata siswa dengan berbagai cara, misalnya permainan (contoh: teka-teki); permainan dapat meningkatkan keberhasilan belajar bahasa.
7.  strategi praktis; pancinglah keinginan siswa untuk  mempraktikan apa yang telah didapatkan dalam belajar bahasa, Anda sendiri harus dapat menciptakan situasi yang kondusif di kelas.
8.  strategi komunikasi; tidak hanya di kelas, motivasi  siswa untuk menggunakan bahasa  dalam kehidupan nyata meskipun tanpa dipantau, berikan pertanyaan-pertanyaan atau PR  yang memancing mereka bertanya  kepada orang lain sehingga strategi ini terpakai.
9.  strategi monitor; siswa dapat saja memonitor sendiri dan mengkritik penggunaan bahasa yang dipakainya, ini demi kemajuan mereka.
10. strategi internalisasi; perlu pengembangan/pembelajaran bahasa kedua yang telah dipelajari secara terus-menerus/berkesinambungan.
DAFTAR PUSTAKA

Abimanyu, Soli dan  Djamán, Satori. 1995.Model Pembelajaran di Kelas-Kelas Awal
SD. Dekdikbud.
Akmajian, Adrian.1995. Pengantar Bahasa dan Komunikasi . Kuala Lumpur. Dewan
Bahasa dan Pustaka-Kementrian Pendidikan Malaysia.
Clark dan Clark. 1977. Psychology And Language. Harcount. Brace Jovanovich, Inc.
Dardjowidjojo, Soenjono. 2000. ECHA, Kisah Pemerolehan Bahasa Anak Indonesia.
Jakarta.Grasindo. 
Hartati, Tatat. 2000. Pemerolehan Imbuhan Siswa Sekolah Dasar Negeri Cile unyi
Kabupaten Bandung. Bandung. UPI.
Krisanjaya. 1998. Teori Belajar Bahasa, Pemerolehan Bahasa Pertama . Jakarta. IKIP
Jakarta.
Marat, Samsuniwiyati. 1983. Psikolinguistik. Bandung. Universitas Padjajaran.
Satori, Djam Án. 1995. Strategi Penyampaian Materi, Hakikat dan Karakteris tik
Pengajaran di Kelas-Kelas Awal SD. Jakarta. Dekdikbud.
Scot, Wendy. A dan Yretberg, H. Lisbeth.1990. Teaching English To Children.
London, New York. Longman.
Simanjuntak, Mangantar.1987.Pengantar Psikolinguistik Moden. Kuala Lumpur.
Dewan Bahasa dan Pustaka Kementrian Pelajaran Malaysia.
Steinberg, Danny D. 1990. Psikolinguistik Bahasa, Akal Budi, dan Dunia. Kuala
Lumpur. Dewan Bahasa dan Pustaka.   50
Syafiíe, Soedarmi. 1996. Pengajaran Bahasa Indonesia Di Kelas-Kelas Awal Sek olah
Dasar . Malang. Institute Keguruan dan Ilmu Pendidikan Malang.
Talib, Abdul Azis Abdul. 1989. Pengajaran dan Pengujian Bahasa . Kuala Lumpur.
Nurin Enterprise.
Tampubolon. 1993. Mengembangkan Minat dan Kebiasaan Membaca Pada Anak .
Bandung. Angkasa.
Tarigan, Henry Guntur. 1985. Psikolinguistik. Bandung. Angkasa.
---------------------------.1988. Pengajaran Pemerolehan Bahasa. Bandung. Angkasa.
Zuchdi, Darmiyati dan Budiasih. 1996. Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Di
Kelas Rendah. Jakarta. 1996.




 
 






                                                                                                                                                  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar