Halaman

Jumat, 17 Agustus 2012

28 Tentang Psikologi Belajar Anak

Tentang Psikologi Belajar Anak

Proses psikologi belajar anak turut menentukan hasil belajar anak, proses tersebut meliputi conditioning, pembentukan kebiasaan, peniruan, model sosial, proses kognitif, tahap perkembangan, dan pemprosesan informasi. Ada dua teori yang membagi proses-proses tesebut yaitu teori behavioral dan teori kognitif.
Teori kognitif meyakini bahwa pengetahuan itu dipelajari/ diperoleh dari hasil pembelajaran dan perubahan dalam pengetahuan menyebabkan adanya perubahan perilaku. Sedangkan
Teori Behavioral yaitu teori yang menganggap bahwa belajar menghasilkan perubahan perilaku dan menekankan adanya faktor eksternal terhadap individu. Menurut mereka hasil proses belajar harus meliputi sesuatu yang dapat dilihat dan diamati. Teori behavioral meliputi Classical conditioning, Operant conditioning (instrument conditioning), Pembentukan kebiasaan, Peniruan (imitation)
Kapanpun dua pengindraan terjadi secara bersama-sama dan berulang kali, maka keduanya akan taerkait, yang menyebabkan jika satu dari sensasi (stimulus) terjadi, maka yang lainnya akan memberikan respon, hal tersebut dinamakan Classical conditioning . Melalui proses classical conditioning inilah manusia dan binatang dapat belajar merespon secara otomatis terhadap suatu stimulus. Responnya dapat berupa reaksi emosional, seperti : takut, senang, atau respon, fisiologis, seperti : ketegengan otot. Sedangkan yang dimaksud operant conditioning (instrument conditioning) yaitu proses belajar anak yang dipengaruhi oleh faktor penarik dan pendorong berupa hadiah/ hukuman.
Balajar juga dapat terjadi melalui proses pembentukan kebiasaan, dengan cara melakukan suatu hal secara berulang-ulang sehingga tanpa disadari hal tersebut menjadi sebuah kebiasaan. Contohnya dibiasakan bangun pagi jam 3 lalu belajar dan hal itu dilakukan setiap hari sehingga menjadi sebuah kebiasaan. Selain itu ada juga yang disebut imitation, dari katanya sendiri sudah jelas sekali atinya yaitu peniruan, belajar dapat juga terjadi akibat meniru, seerti seorang bayi, melihat ibunya mengejakan kata “mama”, bayi tersebut akan berusaha menirukan, tanpa disadari hal tersebut merupakan proses belajar juga.
Pada dasarnya pemrosesan informasi dapat dilakukan dengan bermacam-macam cara, terkadang apa yang terjadi disekitar kita secara tidak langsung memberikan pelajaran bag kita. Jadi proses pembelajaran bukan hanya sebatas di sekolah saja tapi belajar dapat dilakukan dimana saja dan kapan saja.
Pembelajaran juga harus sesuai dengan perkembangan anak, hal tersebut menentukan sikap kita dalam memberikan pelajaran. Anak kecil misalnya, kita harus berusaha memberikan pelajaran degan cara semenarik mungkin, misal belajar diselingi degan permainan, menyanyi dan membacakan dongeng. Untuk anak dewasa yang telah dapat memandang sesuatu dengan realistik menuntut kita untuk dapat memberikan pelajaran menarik dengan memberikan contoh-contoh fenomena yang terjadi di sekitar mereka. Guru dituntut menjadi fasilitator bagi murid-muridnya, sehingga guru harus melakukan proses pembelajaran semenarik mungkin.=)\

Aspek-Aspek Perkembangan Anak Usia Dini

Pada masa usia dini anak mengalami masa keemasan (the golden years) yang merupakan masa dimana anak mulai peka/sensitif untuk menerima berbagai rangsangan. Masa peka pada masing-masing anak berbeda, seiring dengan laju pertumbuhan dan perkembangan anak secara individual.
Masa peka adalah masa terjadinya kematangan fungsi fisik dan psikis yang siap merespon stimulasi yang diberikan oleh lingkungan. Masa ini juga merupakan masa peletak dasar untuk mengembangkan kemampuan kognitif, motorik, bahasa, sosio emosional, agama dan moral.

Beberapa Aspek-Aspek Perkembangan Anak Usia Dini :

Tahapan Perkembangan Kognitif sesuai dengan teori Piaget adalah:
1.      Tahap sensorimotor, usia 0–2 tahun. Pada masa ini kemampuan anak terbatas pada gerak-gerak refleks, bahas awal, waktu sekarang dan ruang yang dekat saja;
2.      Tahap pra-operasional, usia 2–7 tahun. Masa ini kemampuan menerima rangsangan yang terbatas. Anak mulai berkembang kemampuan bahasanya, walaupun pemikirannya masih statis dan belum dapat berpikir abstrak, persepsi waktu dan tempat masih terbatas;
3.      Tahap konkret operasional, 7–11 tahun. Pada tahap ini anak sudah mampu menyelesaikan tugas-tugas menggabungkan, memisahkan, menyusun, menderetkan, melipat dan membagi;
4.      Tahap formal operasional, usia 11 – 15 tahun. Pada masa ini, anak sudah mampu berfikir tingkat tinggi, mampu berfikir abstrak.
Perkembangan motorik merupakan perkembangan pengendalian gerakan jasmaniah melalui kegiatan pusat syaraf, urat syaraf dan otot terkoordinasi (Hurlock: 1998). Keterampilan motorik anak terdiri atas keterampilan motorik kasar dan keterampilan motorik halus. Keterampilan motorik anak usia 4-5 tahun lebih banyak berkembang pada motorik kasar, setelah usia 5 tahun baru.terjadi perkembangan motorik halus.
Pada usia 4 tahun anak-anak masih suka jenis gerakan sederhana seperti berjingkrak-jingkrak, melompat, dan berlari kesana kemari, hanya demi kegiatan itu sendiri tapi mereka sudah berani mengambil resiko. Walaupun mereka sudah dapat memanjat tangga dengan satu kaki pada setiap tiang anak tangga untuk beberapa lama, mereka baru saja mulai dapat turun dengan cara yang sama.
Pada usia 5 tahun, anak-anak bahkan lebih berani mengambil resiko dibandingkan ketika mereka berusia 4 tahun. Mereka lebih percaya diri melakukan ketangkasan yang mengerikan seperti memanjat suatu obyek, berlari kencang dan suka berlomba dengan teman sebayanya bahkan orangtuanya (Santrock,1995: 225)
Hart & Risley (Morrow, 1993) mengatakan umur 2 tahun, anak-anak memproduksi rata-rata dari 338 ucapan yang dapat dimengerti dalam setiap jam, cakupan lebih luas adalah antara rentangan 42 sampai 672. 2 tahun lebih tua anak-anak dapat mengunakan kira-kira 134 kata-kata pada jam yang berbeda, dengan rentangan 18 untuk 286.
Membaca dan menulis merupakan bagian dari belajar bahasa. Untuk bisa membaca dan menulis, anak perlu mengenal beberapa kata dan beranjak memahami kalimat. Dengan membaca anak juga semakin banyak menambah kosakata. Anak dapat belajar bahasa melalaui membaca buku cerita dengan nyaring. Hal ini dilakukan untuk mengajarkan anak tentang bunyi bahasa.
Masa TK merupakan masa kanak-kanak awal. Pola perilaku sosial yang terlihat pada masa kanak-kanak awal, seperti yang diungkap oleh Hurlock (1998:252) yaitu: kerjasama, persaingan, kemurahan hati, hasrat akan penerimaan sosial, simpati, empat, ketergantungan, sikap ramah, sikap tidak mementingkan diri sendiri, meniru, perilaku kelekatan.
Erik Erikson (1950) dalam Papalia dan Old, 2008:370 seorang ahli psikoanalisis mengidentifikasi perkembangan sosial anak:
(1) Tahap 1: Basic Trust vs Mistrust (percaya vs curiga), usia 0-2 tahun.Dalam tahap ini bila dalam merespon rangsangan, anak mendapat pengalaman yang menyenamgkan akan tumbuh rasa percaya diri, sebaliknya pengalaman yang kurang menyenangkan akan menimbulkan rasa curiga;
(2) Tahap 2 : Autonomy vs Shame & Doubt (mandiri vs ragu), usia 2-3 tahun. Anak sudah mampu menguasai kegiatan meregang atau melemaskan seluruh otot-otot tubuhnya.
Anak pada masa ini bila sudah merasa mampu menguasai anggota tubuhnya dapat meimbulkan rasa otonomi, sebaliknya bila lingkungan tidak memberi kepercayaan atau terlalu banyak bertindak untuk anak akan menimbulkan rasa malu dan ragu-ragu;
(3) Tahap 3 : Initiative vs Guilt (berinisiatif vs bersalah), usia 4-5 tahun.
Pada masa ini anak dapat menunjukkan sikap mulai lepas dari ikatan orang tua, anak dapat bergerak bebas dan ber interaksi dengan lingkungannya. Kondisi lepas dari orang tua menimbulkan rasa untuk berinisiatif, sebaliknya dapat menimbulkan rasa bersalah; (4) Tahap 4 : industry vs inferiority (percaya diri vs rasa rendah diri), usia 6 tahun – pubertas.
Anak telah dapat melaksanakan tugas-tugas perkembangan untuk menyiapkan diri memasuki masa dewasa. Perlu memiliki suatu keterampilan tertentu. Bila anak mampu menguasai suatu keterampilan tertentu dapat menimbulkan rasa berhasil, sebaliknya bila tidak menguasai, menimbulkan rasa rendah diri.




Rujukan :
Arya, P.K. 2008. Rahasia Mengasah Talenta Anak. Jogjakarta: Think
Hurlock, Elizabeth B. 1998. Psikologi Perkembangan, terj. Istiwidiyanti dan Soedjarwo. Jakarta: Erlangga
Anonym. 2007. Prinsip dan Praktek Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Direktorat PAUD
Papalia, Diane E, Etc. 2008. Human Development (Psikologi Perkembangan, terjemahan A. K. Anwar). Jakarta: Kencana Prenada Media Grup
Santrock W John. 1995. Life Span Development, Jakarta: PT Erlangga, 1995.






Tidak ada komentar:

Posting Komentar