”AGAMA
SEBAGAI SUMBER MURAL”
Makalah ini
dibuat untuk memenuhi tugas Perkuliahan
Mata Pelajaran :
Pendidikan Agama Islam
Jurusan : Pendidikan
Bahasa English
Semester I
Dosen Pembina:
Abd. Halim, S. Ag, M. Pd.
Disusun Oleh
kelompok I:
Ach. Munawir
SEKOLAH
TINGGI KEGURUAN DAN
ILMU PENDIDIKAN
YAYASAN
UNIVERSITAS ISLAM AL-IHSAN MADURA
(STKIP YUNIAM)
Jl. PP. Al-Ihsan
Jaddung Pragaan Daya Sumenep Madura Jatim 69465
Tahun Akademik 2011
KATA PENGANTAR
Puji dan
syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan
judul ”Kedudukan dan Fungsi Bahasa Indonesia”
Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi
tugas kelompok mata kuliah Pendidikan Agama Islam, Program Studi Pendidikan BAHASA
ENGLISH
Dalam menyusun
makalah ilmiah ini, penulis banyak memperoleh bantuan serta bimbingan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih
kepada :
1. H. Badrut Tamam, S. Ag, M. Pd (Rektor Yuniam)
2. Abd. Halim, S. Ag, M. Pd. (Pembina Pendidikan Agama Islam)
3. Orang tua tercinta yang selalu
mendukung, mendoakan dan memberikan bantuan baik moril maupun materil.
4. Seluruh staf STKIP YUNIAM
5. Seluruh teman–teman yang telah
banyak membantu penulis.
Penulis
menyadari bahwa dalam menyusun makalah ini masih jauh dari sempurna, untuk itu
penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun guna
sempurnanya makalah ini. Penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi penulis khususnya dan bagi pembaca umumnya.
Pragaan, 13 November 2011
Penulis
-i-
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ................................................................................................... i
Daftar Isi ........................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1
l.1 Latar Belakang .................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .............................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................. 2
2.1 Pengertian ........................................................................................... 2
2.2 Klasifikasi agama ............................................................................... 3
2.3 Ciri-ciri Agama Wahyu (langit) .......................................................... 4
2.4 Ciri-ciri agama budaya (ardhi) ............................................................ 4
2.5 Hubungan Agama dengan Manusia ................................................... 5
2.6 Manfaat Agama bagi Manusia ........................................................... 7
BAB III PENUTUP ......................................................................................... 8
3.1 Kesimpulan ......................................................................................... 9
3.2 Saran ................................................................................................... 9
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 10
-ii-
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Agama dalam bahasa Indonesia, religion dalam bahasa Inggris, dan di dalam
bahasa Arab merupakan sistem kepercayaan yang meliputi tata cara peribadatan
hubungan manusia dengan Sang Mutlak, hubungan manusia dengan manusia, dan
hubungan manusia dengan alam lainnya yang sesuai dengan kepercayaan tersebut.
Dalam studi agama, para ahli agama mengklasifikasikan agama ke dalam
pelbagai kategori. Menurut al-Maqdoosi agama diklasifikasikan menjadi 3
kategori: 1) agama wahyu dan non-wahyu, 2) agama misionaris dan non-misionaris,
dan 3) agama lokal dan universal.
Berdasarkan
klasifikasi manapun diyakini bahwa agama memiliki peranan yang signifikan bagi
kehidupan manusia karena di dalamnya terdapat seperangkat nilai yang menjadi pedoman
dan pegangan manusia. Salah satunya adalah dalam hal moral.
Moral adalah sesuatu yang berkenaan
dengan baik dan buruk. Tak jauh berbeda dengan moral hanya lebih spesifik
adalah budi pekerti. Akhlak adalah perilaku yang dilakukan tanpa banyak pertimbangan
tentang baik dan buruk. Adapun etika atau ilmu akhlak kajian sistematis tentang
baik dan buruk. Bisa juga dikatakan bahwa etika adalah ilmu tentang moral.
Hanya saja perbedaan antara etika dan ilmu akhlak (etika Islam) bahwa yang
pertama hanya mendasarkan pada akal, sedangkan yang disebut terakhir
mendasarkan pada wahyu, akal hanya membantu terutama dalam hal perumusan. Di
tengah krisis moral manusia modern (seperti dislokasi, disorientasi) akibat
menjadikan akal sebagai satu-satunya sumber moral, agama bisa berperan lebih
aktif dalam menyelamatkan manusia modern dari krisis tersebut. Agama dengan
seperangkat moralnya yang absolut bisa memberikan pedoman yang jelas dan tujuan
yang luhur untuk membimbing manusia ke arah kehidupan yang lebih baik.
Agama yang pada hakekatnya adalah
keyakinan akan adanya Tuhan yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan manusia,
maka sangat perlu dipahami secaraseksama oleh setiap manusia.Dalam uraian ini
akan kemukakan pengertian agama, hubungan agama dengan manusia, manfa’at agama,
klasifikasi agama,dan agama Islam.
1.2 Rumusan Masalah
1)
Apa pengertian agama ?
2)
Bagaimana hubungan Agama dengan
manosia ?
3)
Apa saja ciri-ciri Agama ?
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian agama
Agama dalam pengertiannya dapat dikelompokkan pada dua bahagian yaitu
agama menurut bahasa dan agama menurut istilah. Beberapa persamaan arti kata “agama’’
dalam berbagai bahasa :
1. Ad din (Bahasa Arab dan Semit)
2. Religion (Inggris)
3.La
religion (Perancis)
4. De religie (Belanda)
5. Die religion (Jerman)
Secara bahasa, perkataan ‘’agama’’ berasal dari bahasa Sangsekerta yang
erat hubungannya dengan agama Hindu dan Budha yang berarti ‘’tidak pergi’’tetap
di tempat, diwarisi turun temurun’’. Adapun kata din mengandung arti menguasai,
menundukkan, kepatuhan, balasan atau kebiasaan.
Din juga membawa peraturan-peraturan berupa hukum-hukum yang harus
dipatuhi baik dalam bentuk perintah yang wajib dilaksanakan maupun berupa
larangan yang harus ditinggalkan. Kata din dalam Al Qur’an disebut sebanyak
94kali dalam berbagai makna dan kontek, antara lain berarti :
1. Pembalasan
(Q.S Al Fatihah (1) ayat 4.
2. Undang-undang
duniawi atau peraturan yang dibuat oleh raja (Q.S Yusuf (12)ayat 76.
3. Agama yang
datang dari Allah SWT, bila dirangkaikan dengan kata Allah (Q.SAli Imran (3)
ayat 83.
4. Agama yang
dibawa oleh Rasulullah Muhammad SAW sebagai agama yang benar, yakni Islam, bila
kata din dirangkaikan dengan kata al-haq (Q.S AtTaubah (9) ayat 33
5. Agama selain
Islam (Q.S Al Kafirun(109) ayat 6 dan Q.S Ash Shaf (61) ayat 9.
Menurut Abu
Ahmadi agama menurut bahasa :
1. Agama berasal
dari bahasa Sangsekerta yang diartikan dengan haluan,peraturan, jalan atau
kebaktian kepada Tuhan.
2. Agama itu
terdiri dari dua perkataan yaitu A. berarti tidak, Gama berarti kacau balau,
tidak teratur. Jadi agama berarti tidak kacau balau yang berarti teratur.
Agama menurut istilah adalah undang-undang atau peraturan-peraturan yang
mengikat manusia dalam hubungannya dengan Tuhannya dan hubungan manusia dengan
sesama manusia dan hubungan manusia dengan alam. Maka orang yang beragama
adalah orang yang teratur, orang yang tenteram dan orang yang damai baik dengan
dirinya maupun dengan orang lain dari segala aspek kehidupannya.
Sebuah agama
biasanya melingkupi tiga persoalan pokok, yaitu :
1. Keyakinan (credial), yaitu keyakinan akan
adanya sesuatu kekuatan supranatural yang diyakini mengatur dan mencipta alam.
2. Peribadatan
(ritual), yaitu tingkah laku manusia dalam berhubungan dengan kekuatan
supranatural tersebut sebagai konsekuensi atau pengakuan dan ketundukannya.
3. Sistem nilai
yang mengatur hubungan manusia dengan manusia lainnya atau alam semesta yang
dikaitkan dengan keyakinan nya tersebut.
Unsur-unsur yang
ada dalam sebuah agama.
1. Adanya
keyakinan pada yang gaib
2. Adanya kitab
suci sebagai pedoman
3. Adanya Rasul
pembawanya
4. Adanya ajaran
yang bisa dipatuhi
5. Adanya
upacara ibadah yang standar
2.2 Klasifikasi Agama
Ditinjau dari
sumbernya agama dibagi dua, yaitu agama wahyu dan agama bukan wahyu.
Agama wahyu (revealed religion) adalah agama yang diterima oleh manusia
dari Allah Sang Pencipta melalui malaikat Jibril dan disampaikan serta
disebarkan oleh Rasul-Nya kepada umat manusia. Wahyu-wahyu dilestarikan melalui
Al Kitab, suhuf (lembaran-lembaran bertulis) atau ajaran lisan.Agama wahyu
menghendaki iman kepada Tuhan Pemberi wahyu, kepada rasul-rasul penerima wahyu
dan kepada kitab-kitab kumpulan wahyu serta pesannya disebarkan kepada seluruh
umat manusia
Agama bukan wahyu (agama budaya/ cultural religion atau natural religion)
bersandar semata-mata kepada ajaran seorang manusia yang dianggap memiliki
pengetahuan tentang kehidupan dalam berbagai aspeknya secara mendalam.
Contohnya agama Budha yang berpangkal pada ajaran Sidharta Gautama dan
Confusianisme yang berpangkal pada ajaran Kong Hu Cu.
Perbedaan kedua
jenis agama ini dikemukakan Al Masdoosi dalam Living Religious of the World
sebagai berikut :
1. Agama wahyu
berpokok pada konsep keesaan Tuhan sedangkan agama bukan wahyu tidak demikian.
2. Agama wahyu
beriman kepada Nabi, sedangkan agama bukan wahyu tidak.
3. Dalam agama
wahyu sumber utama tuntunan baik dan buruk adalah kitab suci yang diwahyukan,
sedangkan agama bukan wahyu kitab suci tidak penting.
4. Semua agama
wahyu lahir di Timur Tengah, sedangkan agama bukan wahyu lahir di luar itu.
5. Agama wahyu
lahir di daerah-daerah yang berada di bawah pengaruh ras semetik.
6. Agama wahyu
sesuai dengan ajarannya adalah agama misionari, sedangkan agama bukan wahyu
agama misionari.
7. Ajaran agama
wahyu jelas dan tegas, sedangkan agama bukan wahyu kabur dan elastis.
8. Agama wahyu
memberikan arah yang jelas dan lengkap baik aspek spritual maupun material,
sedangkan agama bukan wahyu lebih menitik beratkan kepada aspek spritual saja,
seperti pada Taoisme, atau pada aspek material saja seperti pada Confusianisme.
Agama wahyu disebut juga agama samawi (agama langit) dan agama bukan
wahyu disebut agama budaya (ardhi/ bumi). Sedangkan yang termasuk dalam
kategori agama samawi hanyalah Agama Islam.
2.3 Adapun ciri-ciri Agama
Wahyu (langit), ialah :
1.
Secara pasti dapat ditentukan lahirnya, dan bukan tumbuh dari
masyarakat,melainkan diturunkan kepada masyarakat.
2. Disampaikan
oleh manusia yang dipilih Allah sebagai utusan-Nya. Utusan itu bukan
menciptakan agama, melainkan menyampaikannya.
3. Memiliki
kitab suci yang bersih dari campur tangan manusia.
4. Ajarannya
serba tetap, walaupun tafsirnya dapat berubah sesuai dengan kecerdasan dan
kepekaan manusia.
5. Konsep
ketuhanannya adalah : monotheisme mutlak ( tauhid)
6. Kebenarannya
adalah universal yaitu berlaku bagi setiap manusia , masa dan keadaan.
2.4 Adapun ciri-ciri agama
budaya (ardhi), ialah :
1. Tumbuh secara
komulatif dalam masyarakat penganutnya.
2. Tidak
disampaikan oleh utusan Tuhan ( Rasul).
3. Umumnya tidak
memiliki kitab suci, walaupun ada akan mengalami perubahan-perubahan dalam
perjalanan sejarahnya.
4. Ajarannya
dapat berubah-ubah, sesuai dengan perubahan akal pikiranmasyarakatnya (
penganutnya).
5. Konsep
ketuhanannya : dinamisme, animisme, politheisme, dan paling tinggi adalah
monotheisme nisbi.
6. Kebenaran
ajarannya tidak universal , yaitu tidak berlaku bagi setiap manusia, masa, dan
keadaan.
2.5 Hubungan Agama dengan Manusia.
Agama merupakan kebutuhan (fitrah) manusia. Berbagai pendapat mengenai
kefitrian agama ini dapat dikaji pada beberapa pemikiran. Misalnya Einstein
menyatakan bahwa sifat sosial manusialah yang pada gilirannya merupakan salah
satu faktor pendorong terwujudnya agama. Manusia menyaksikan maut merenggut
ayahnya, ibunya, kerabatnya serta para pemimpin besar. Direnggutnya mereka satu
persatu, sehingga manusia merasa kesepian dikala dunia telah kosong. Jadi
harapan akan adanya sesuatu yang dapat memberi petunjuk dan pengarahan, harapan
menjadi pencinta dan dicintai, keinginan bersandar pada orang lain dan terlepas
dari perasaan putus asa ; semua itu membentuk dalam diri sendiri dasar kejiwaan
untuk menerima keimanan kepada Tuhan. William James
Pada setiap keadaan dan perbuatan keagamaan, kita selalu dapat melihat
berbagai bentuk sifat seperti ketulusan,keikhlasan, dan kerinduan, keramahan,
kecintaan dan pengorbanan. Gejala-gejala kejiwaan yang bersifat keagamaan
memiliki berbagai kepribadian dan karekteristik yang tidak selaras dengan semua
gejala umum kejiawaan manusia.
Dari beberapa pendapat itu dapat dipahami bahwa manusia terutama orang
dewasa memiliki perasaan dan keinginan untuk melepaskan diri dari wujud
terbatas mereka dan mencapai inti wujud. Manusia tidak mungkin dapat melepaskan
keterbatasan dan ikatan tersebut kecuali berhubungan dengan sumber wujud.
Melepaskan diri untuk mencapai sumber wujud ini adalah ketenangan dan
ketentraman, seperti diungkapkan dalam firman Allah surat Ar Ra’du (13)ayat 28.
Artinya :’’
Orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tentram dengan mengingat
Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah lah hati menjadi tenang.’’
Bahkan bentuk
kebahagiaan abadi yang merupakan arah yang hendak dicapai manusia dalam
kehidupannya adalah perwujudan ketentraman dalam dirinya,seperti difirmankan
Allah dalam surat Al Fajr (89) ayat 27-30.
Artinya :’’
Wahai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi
diridhai-Nya. Maka masuklah ke dalam jama’ah hambahambaKu,dan masuklah ke dalam
surgaKu.’’
Agama sebagai fitrah manusia melahirkan keyakinan bahwa agama adalah
satu-satunya cara pemenuhan semua kebutuhan. Posisi ini semakin tampak dan
tidak mungkin digantikan dengan yang lain. Semula orang mempercayai dengan ilmu
pengetahuan dan teknologi kebutuhan akan agama akan mengecil bahkan hilang sama
sekali, tetapi kenyataan yang ditampilkan sekarang ini menampakkan dengan jelas
bahwa semakin tinggi ilmu pengetahuan dan teknologi yang dicapai manusia,
kebutuhan akan agama semakin mendesak berkenaan dengan kebahagiaan sebagai
suatu yang abstrak yang ingin digapai manusia. Ilmu dan teknologi serta
kemajuan peradapan manusia melahirkan jiwa yang kering dan haus akan sesuatu
yang bersifat rohaniah. Kekecewaan dan kegelisahan bathin senantiasa menyertai
perkembangan kesejahteraan manusia .
Satu-satunya
cara untuk memenuhi perasaan-perasaan dan keinginan-keinginan itu dalam
bentuknya yang sempurna dan memuaskan adalah perasaan dan keyakinan agama.
Perasaan ketuhanan pada dasarnya telah dimulai sejak manusia berada dalam
peradaban kuno, yang dikenal dengan kepercayaan animisme dan dinamisme,yaitu
kepercayaan akan roh-roh halus melalui perantaraan benda-benda yang mempunyai
kekuatan magis.
Pencarian
informasi tentang Tuhan melalui pikiran manusia, ternyata tidak ditemukan
jawaban yang dapat melahirkan keyakinan terhadap Tuhan yang dianggap sebagai keyakinan
yang benar, sebab pikiran-pikran itu tidak pernah terlepas dari subyektifitas
pengalaman-pengalaman pribadi manusia yang mempengaruhi pikiran-pikran itu,
sehingga dengan demikian Tuhan senantiasa digambarkan sesuai dengan pikiran
yang ada dalam diri manusia yang memikirkannya. Akibatnya, timbullah beragam
informasi dan gambaran tentang Tuhan yang justru menambah kegelisahan manusia,
karena logika akan terus mencari jawaban Tuhan yang sebenarnya ?.
Mencari kebenaran tentang Tuhan
ternyata tidak dapat diperoleh manusia melalui pikiran semata-mata, kecuali
diperoleh dari Tuhan sendiri. Artinya informasi tentang Tuhan dinyatakan oleh
Tuhan sendiri, atau dengan kata lain, informasi tentang Tuhan diberitahukan
sendiri bukan dipikirkan oleh manusia, sehingga dengan demikian informasi itu
akan dapat diyakinkan kebenarannya. Informasi tentang Tuhan yang datang dari
Tuhan sendiri adalah suatu kebenaran mutlak, karena datang dari Tuhan sendiri.
Akan tetapi cara mengetahuinmya tidak dapat diberikan Tuhan kepada setiap
orang, walaupun manusia menghendakinya alngsung dari Allah. Hal ini dilukiskan
dalam firman Allah surat al Baqarah (2) ayat 118.
Artinya :’’ Dan
orang-orang yang tidak mengetahui berkataa : Mengapa Allah tidak langsung
berbicara kepada kami atau datang tanda-tanda kekuasaan-Nya kepada kami ?.
Demikian pula orang-orang yang sebelum mereka telah mengatakan seperti ucapan
mereka itu; hati mereka serupa. Sesungguhnya Kami telah menjelaskan tanda-tanda
kekuasaan Kami kepada kaum yang yakin.’’Informasi itu hanya diberikan kepada
orang yang dipilih Tuhan sendiri,seperti difirmankan-Nya dalam surat Asy Syura
(42) ayat 51.
Artinya :’’ Dan
tidak ada bagi seorang manusia pun bahwa Allah barkata-kata dengan dia kecuali
dengan perantaraan wahyu atau di belakang tabir atau dengan mengutus seorang
utusan (malaikat) lalu diwahyukan kepadanya dengan seizin-Nya apa yang Dia
kehendaki. Sesungguhnya Dia Maha Tinggi lagi Maha Bijaksana.’’
2.6 Manfaat Agama bagi Manusia
1. Dapat mendidik jiwa manusia menjadi
tenteram, sabar, tawakkal dan sebagainya. Lebih-lebih ketika dia ditimpa
kesusahan dan kesulitan.
2. Dapat memberi
modal kepada manusia untuk menjadi manusia yang berjiwa besar, kuat dan tidak mudah
ditundukkan oleh siapapun.
3. Dapat
mendidik manusia berani menegakkan kebenaran dan takut untuk melakukan
kesalahan.
4. Dapat memberi
sugesti kepada manusia agar dalam jiwa mereka tumbuh sifat-sifat utama seperti
rendah hati, sopan santun, hormat-menghormati dan sebagainya. Agama melarang
orang untuk tidak bersifat sombong, dengki, riya dan sebagainya.
Agama Islam berisi ajaran yang menyangkut seluruh aspek kehidupan
manusia, baik sebagai hamba Allah, individu, anggota masyarakat, maupun sebagai
makhluk dunia.
Secara garis
besar, ruang lingkup agama Islam menyangkut tiga hal pokok yaitu:
1. Aspek
keyakinan yang disebut aqidah, yaitu aspek credial atau keimanan terhadap Allah
dan semua yang difirmankan-Nya untuk diyakini.
2. Aspek norma
atau hukum yang disebut syari’ah, yaitu aturan-aturan Allah yang ,mengatur
hubungan manusia dengan Allah, sesama manusia dan dengan alam semesta.
3. Aspek prilaku
yang disebut akhlak, yaitu sikap atau prilaku yang nampak dari palaksanaan
aqidah dan syari’ah.
Ketiga aspek
tersebut tidaklah berdiri sendiri-sendiri, tetapi menyatu membentuk kepribadian
yang utuh pada diri seorang muslim. Hal ini diungkapkan secara tegas dalam
firman Allah surat Al Baqarah (2) ayat 208.
Artinya : ‘’
Wahai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhannya,
dan janganlah kamu turut langkah-langkah setan.
Sesungguhnya
setan itu musuh yang nyata.’’
Antara aqidah,
syari’ah dan akhlak masing-masing saling berkaitan. Aqidah atau iman merupakan
keyakinan yang mendorong seorang muslim untuk melaksanakan syari’ah. Apabila
syari’ah telah dilaksanakan berdasarkan aqidah akan lahir akhlak. Oleh karena
itu, iman tidak hanya ada di dalam hati, tetapi ditampilkan dalam bentuk
perbuatan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa aqidah merupakan landasan
bagi tegak berdirinya syari’ah dan akhlak adalah perilaku nyata pelaksanaan
syari’ah.
Dari uraian di atas dapatlah disimpulkan bahwa agama merupakan kebutuhan
pokok rohani manusia yang dibawa semenjak manusia ada dalam kandungan. Manusia
juga tidak bisa dipisahkan dari agama karena tidak semua persoalan bisa diselesaikan
dalam bentuk materi tetapi melalui keyakinan kepada-NYA Misalnya persoalan kematian,
rezeki dan lain-lain.
BAB II PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Agama menurut istilah adalah undang-undang atau peraturan-peraturan yang
mengikat manusia dalam hubungannya dengan Tuhannya dan hubungan manusia dengan
sesama manusia dan hubungan manusia dengan alam. Maka orang yang beragama
adalah orang yang teratur, orang yang tenteram dan orang yang damai baik dengan
dirinya maupun dengan orang lain dari segala aspek kehidupannya
3.2 Saran
Agama merupakan kebutuhan pokok rohani manusia yang dibawa semenjak
manusia ada dalam kandungan. Manusia juga tidak bisa dipisahkan dari agama
karena tidak semua persoalan bisa diselesaikan dalam bentuk materi tetapi
melalui keyakinan kepada-NYA Misalnya persoalan kematian, rezeki dan lain-lain.
Beberapa acuan yang berkaitan dengan kata
“Agama” pada umumnya; berdasarkan Sansekerta yang menunjukkan adanya
keyakinan manusia berdasarkan Wahyu Illahi dari kata A-GAM-A, awalan A berarti
“tidak” dan GAM berarti “pergi atau berjalan, sedangkan akhiran A bersifat
menguatkan yang kekal, dengan demikian “agama: berarti pedoman hidup yang
kekal”
DAFTAR PUSTAKA
Agus, Bustanuddin. 2006. “Agama dalam
Kehidupan Manusia” Pengantar Antropologi Agama
, Padang
. PT rajagrafindo persadaKato,
Hisanori. 2002. Agama dan Peradaban, Jakarta. Dian Rakyat
REFRENSI
WEBSITE
www.angelfire.com/id/akademika/msmanagama99.html agamamanusia.blogspot.comiqraku.blogspot.com/2008/.../blogpost_9619.html
www.alshia.org/html/id/.../ Manusia&Agama.htm fernandositindaon.info/.../pentingnya-agama-buat-manusia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar