TUGAS MANDIRI
BAHASA INDONESIA
KEILMUAN
(Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Dalam Menempuh
Mata Kuliah Bahasa Indonesia
)
DISUSUN OLEH
NAMA : ACH. MUNAWIR
NPM :
PRODY :
PEND. B. ENGLISH
SEKOLAH
TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS ISLAM
AL-IHSAN MADURA
( STKIP
YUNIAM MADURA)
2009/2010
BAB I
TEKNIK MEMBACA CEPAT
A. Hambatan Membaca Cepat
Karena berbagai
kemungkinan mencoba berusaha untuk dapat membaca cepat. Berbagai usaha telah
dilakukan tetapi belum berhasil. Padahal setiap orang berpotensi untuk dapat
membaca cepat. Ada
beberapa kesalahan yang umumnya dilakukan orang ketika membaca cepat, antara
lain:
1. Sub Vokalisasi
Ini dimaksud
ketika membaca cepat mulut dan hati sama-sama ikut berujar. Biasanya kendala
ini muncul ketika mengulangi bacaan, mengeluarkan suara.
2. Finger Panting
Ini merupakan
kesalahan dalam membaca cepat yang disebut finger panting. Dalam
perkembangannya parapakar membaca cepat justru memperbolehkan teknik membeca
capat menggunakan pointer/petunjuk.
3. Regretio
Secara tidak
sadar membaca kadang-kadang mata tertuju pada kata-kata atau kalimat yang sdah
dibaca. Ada
kalanya ketika membaca pikitan atau otak memikirkan bacaan yang lalu atau
hal-hal lain.
B. Model Membaca Cepat
Sebelum berlatih
membaca cepat, kita harus paham berapa membaca cepat. Ada 2 model yang dapat digunakan dalam
membaca, yaitu:
1. Model Line by Line
Model ini disebut
juga dengan mofrl garis per garis. Membaca model ini kalimat dalam bahan bacaac
dibaca secara berurutan dari baris pertama hingga akhir secara berurutan.
2. Model Spiral
Ketika kita
membaca bacaan yang dibaca tidak seluruh isi bacaan dibacanya, tetrapi dibaca
secara gigjak atau spiral.
C. Tenik Membaca Cepat
Untuk dapat
membaca cepat memang perlu teknik tertentu. Secara umum ada 2 teknik membaca
yaitu:
1. Teknik Scanning
Membaca
scanning adalah membaca suatu informasi dimana bacaan tersebut dibaca secara
loncat-loncat dengan melibatkan asosiasi dan imajinasi.
2. Teknik Skimming
Membaca skimming adalahmembaca
secara garis besar untuk mendapatkan gambaran umum isi buku. Teknik ini
biasanya dilakukan ketika mencari suatu yang khusus dalam teks.
D. Langkah-langkah Membaca
Cepat
Sebelum melatih
membaca, perlu dipahami beberapa langkah membaca cepat yaitu:
1. Langka pertama adalah
persiapan
Tahap persiapan ini dimulai dari
membaca judul. Judul yang ditafsirkan dengan asosiasi dan imajinasi serta
pengalaman yang telah dialami. Hubungan pengalaman atau wawasan dengan judul
bahan bacaan yang akan dibaca, kemudian yang perlu diperhatikan lagi yaitu
huruf cetak tebal atau miring.
2. Langkah kedua pelaksanaan
Jika telah melaksanakan tahap
persiapan, maka sudah dapat membayangkan gambaran umum isi bacaan dalam buku
yang akan dibaca.
E. Latihan Membaca Cepat
Untuk menguasai ketrampilan membaca
cepat perlu adanya:
1. Melatih otot mata
Otot mata dapat dilakukan dengan
gerakan bola mata dalam keadaan.
2. Melatih pheripel mata
Dapat dilakukan dengan cara
pandangan matra mengikuti perakan telunjuk di depan mata.
3. Melatih pernafasan
Dapat dilakukan dengancara tarik
nafas panjang secara perlahan.
BAB II
FRASE, KLAUSA, Dan KALIMAT
A. Frase
Frase adalah
satuan gramatik yang terdiri dari dua kata atau lebih yang tidak melampaui
batas fungsi. Misalnya, akan dating, kemarin pagi, yag sedang menulis.
Dari batasan di atas dapatlah
dikemukakan bahwa frase mempunyai dua sifat, yaitu:
- Frase merupakan satuan gramatik yang terdiri dari dua kata atau lebih.
- Frase merupakan satuan yang tidak melebihi batas fungsi unsure klausa, maksudnya frase itu selalu terdapat dalam satu fungsi unsure klausa yaitu S, P, O, atau K.
Macam-macam frase:
- Frase endosentrik
Frase endosentrik adalah frase yang mempunyai
distribusi yang sama dengan unsurnya. Frase endosentrik dapat dibedakan menjadi
tiga golongan yaitu:
1. frase endosentri yang
koordinatif, yaitu: frase yang terdiri dari unsure-unsur yang setara, ini
dibuktikan oelh kemungkinan unsure-unsur itu dihubungkan dengan kata
penghubung.
Misalnya: Kakek-nenek
Laki
bini
2. frase endosentrik yang
atributif, yaitu frase yang terdiri dari unsure-unsur yang tidak setara. Karena
itu, insur-unsurnya tidak mungkin dihubungkan.
Misalnya: perjalanan panjang
3. frase endosentrik yang
apositif: frase yang atributnya berupa aposisi/ keterangan tambahan.
Misalnya: Susu, ana Pak Saleh, sangat padai.
- Frase Eksosentrik
Frase endosentrik ialah frase yang tidak mempunyai
distribusi yang sama dengan unsurnya.
Misalnya: siswa
kelas 1A sedang berfotong royong di dalam kelas.
Frase di dalam kelas tidak mempunyai distribusi
yang sama dengan unsurnya. Ketidaksamaan itu dapat dilihat dari jajaran berikut
Siswa
kelas 1A sedang bergotong royong di ….
Siswa
kelas 1A sedang bergotong royong … kelas.
- Frase Nominal, frase verbal, frase bilangan, frase keterangan.
1. frase nominal: frase yang
memiliki distribusi yang sama dengan kata nominal.
Misalnya: baju baru, rumah sakit.
2. frase verbal: frase yang
mempunyai distribusi yang sama dengan golongan kata verbal.
Misalnya: akan berlayar
3. frase bilangan: frase yang
mempunyai distribusi yang sama dengan kata bilangan.
Misalnya: dua butir telur, sepuluh keeping
4. frase keterangan: frase yang
mempunyai distribusi yang sama dengan kata keterangan.
Misalnya: tadi pagi, besok sore.
5. frase depan: frase yang
terdiri kata depan sebagai penanda, diikuti kata atau frase sebagai aksinnya.
Misalnya: di halaman sekolah, dari desa.
- Fras ambigu
Frase ambigu artiya kegandaan makna yang
menimbulkan keraguan atau mengaburkan maksud kalimat. Makna ganda seperti itu
disebut ambigu.
Misalnya: perusahaan pakaian milik perancang
busana wanita terkenal, tempat mamaku bekerja, berbaik hati mau melunaskan
semua tunggakan sekolahku.
Frase perancang busana wanita dapat menimbulkan
pengertian ganda:
1. Perancang busana yang
berjenis kelamin wanita.
2. Perancang yang menciptakan
model busana untuk wanita.
B. Klausa
Klausa adalah satuan gramatika yang
terdiri dari subjek (S) dan predikat (P) baik disertai objek (O), dan
keterangan (K), serta memiliki potensi untuk menjadim kalimat.
Banyak orang mengatakan.
Unsure inti klausa ialah subjek (S)
dan predikat (P).
Penggolongan klausa:
1. Berdasarkan unsur intinya.
2. berdasarkan ada tidaknya kata
negatif yang secara gramatik menegatifkan predikat.
3. berdasarkan kategori kata
atau frase yang menduduki fungsi predikat.
C. Kalimat
a. Pengertian
Kalimat adalah satuan bahasa yang terdiri dari
dua kata atau lebih yajg mengandung pikiran yang lengkap dan punya pola
intonasi akhir.
Contoh: Ayah membaca Koran di teras belakang.
b. Pola-pola Kalimat
Sebuah kalimat luas dapat dipulangkan pada
pola-pola dasar yang dianggap menjadi dasar pembentukan kalimat luas itu.
1. Pola kalimat I = kata
benda-kata kerja
Contoh: Adik menangis. Anjing
dipukul.
Pola kalimat I disebut kalimat
“verbal”
2. Pola kalimat II = kata
benda-kata sifat.
Contoh: Anak malas. Gunung tinggi.
Pola kalimat II disebut pola
kalimat “atributif”
3. Pola kalimat III = kata
benda-kata benda.
Contoh: Bapa pengarang. Paman guru.
Pola pikir kalimat III disebut
kalimat nominal atau kalimat ekuasional. Kalimat ini mengandung kata kerja
Bantu, seperti: adalah, menjadi, merupakan.
4. pola kalimat IV (pola
tambahan) = kata benda-adverbial.
Contoh: Ibu ke pasar. Ayah dari
kantor.
Pola kalimat IV disebut kalimat
adverbial.
D. Jenis Kalimat
1. Kalimat Tunggal
kalimat tunggal adalah kalimat hanya terdiri
atas dua unsure inti pmbentukan kalimat (subjek dan predikat) dan boleh
diperluas dengan salah satu atau lebih unsur-unsur tambahan itu tidak membentuk
pola kalimat baru.
Kalimat tunggal
|
Susunan pola kalimat
|
Ayah merokok.
Adik minum susu.
Ibu menyimpan uang di dalam laci
|
S-P
S-P-O
S-P-O-K
|
2. Kalimat Majemuk
Kalimat majemuk adala kalimat-kalimat yang
mengandung dua pola kalimat atau lebih. Kalimat majemukterdiri dari:
a. sebuah kalimat tunggal
yang bagian-bagiannya diperluas sedemikian rupa sehingga perluasan itu
membentuk satu atau lebih pola kalimat baru, disamping pola yang sudah ada.
Misalnya: Anak itu membaca puisi. (kalimat tunggal)
Anak yan menyapu di
perpustakaan itu sedang membaca puisi. (subjek pada kalimat pertama diperluas)
b. penggabungan dari dua atau lebih kalimat
tunggal sehingga kalimat yang baru mengandung dua atau lebih pola kalimat.
Misalnya: Susi menulis surat
(kalimat tunggal I)
Bapa
membaca koran (kalimat tunggal II)
Susi
menulis surat
dan Bapak membaca koran.
Berdasarkan sifat hubungannya, kalimat majemuk
dapat dibedakan atas kalimat majemuk setara, kalimat majemuk bertingkat, dan
kalimat majemuk campuran.
1) Kalimat Majemuk Setara
kalimat majemuk setara adalah
kalimat majemuk yang hubungan antara pola-pola kalimatnya sederajat. Kalimat
majemuk setara terdiri atas:
a. kalimat majemuk setara
menggabungkan. Biasanya menggunakan kata-kata tugas: dan, serta, lagipula, dan
sebagainya.
Misalnya: Sisca anak yang baik lagi
pula sangat pandai.
b. Kalimat majemuk serta memilih. Biasanya memakai kata tugas: atau,
baik, maupun.
Misalnya: Bapak minum teh atau
bapak makan nasi.
c. Kalimat majemuk setara
perlawanan. Biasanya memakai kata tugas: tetapi, melainkan.
Misalnya: Dia sangat rajin, tetapi
adiknya sangat pemalas.
2) Kalimat Mejemuk Bertingkat
Kalimat majemuk yang terdiri dari
perluasan kalimat tunggal, bagian kalimat yang diperluas sehingga membentuk
kalimat baru yang disebut anak kalimat. Sedangkan kallimat asal (bagian tetap)
disebut induk kalimat. Ditinjau dari unsure kalimat yang mengalami perluasan
dikenal adanya:
a. Kalimat majemut beringkat
dengan anak kalimat pengganti sebjek.
Misalnya: Diakuinya hal
itu.
S
P
Diakuinya bahwa ia yang memukul
anak itu.
anak
kalimat tunggal pengganti subjek.
b. Kalimat majemuk bertingkat
dengan anak kalimat pengganti predikat.
Misalnya: Katanya begitu
Katanya bahwa ia tidak sengaja
menjatuhkan gelas it.
anak kalimat pengganti predikat
c. Kalimat majemuk bertingkat
dengan anak kalimat pengganti objek.
Misalnya: Mereka sudah
mengetahui hal itu
S P O
Merekasudah mengetahui bahwa
saya yang mengambilnya.
anak
kalimat pengganti objek
d. Kalimat majemuk bertingkat
dengan anak kalimat pengganti keterangan.
Misalnya: Ayah pulang
malam hari.
S P K
Ayah
pulang ketika kami makan malam.
anak
kalimat pengganti keterangan.
3) Kalimat Majemuk Campuran.
Kalimat majemuk campuran adalah
kalimat majemuk hasil perluasan atau hasil gabungan beberapa kaluimat tunggal
yang sekurang-kurangya terdiri atas tiga pola kalilmat.
Misalnya: ketika ia duduk
minum-minum, dating seorang pemuda berpakaian bagus, dan mengguakan kendaraan
soda empat.
Ketika
iaduduk minum-minum
Pola
atasan
Dating seorang pemuda berpakaian bagus
Pola
bawahan I
Dating menggunakan kendaraan roda empat.
Pola
bawahan II
3. Kalimat Inti, Luas, dan
Transformasi
a. Kalimat Inti
kalimat inti adalah kalimat mayor
yang hanya terdiri atas dua kata dan sekaligus menjadi inti kalimat.
Ciri-ciri kalimat inti:
1) hanya terdiri atas dua
kata
2) kedua kata itu sekaligus
menjadi inti kalimat
3) tata urutannya adalah
subjek mendahului predikat.
4) Intonasinya adalah
intonasi “berita yang netral”. Artinya: tidak boleh menyebabkan perubahan atau
pergeseran makna laksikalnya.
b. Kalimat luas
Kalimat luas adalah kalimat inti
yang sudah diperluas dengan kata-kata baru sehingga tidak hanya terdiri dari
dua kata, tetapi lebih.
c. Kalimat transformasi
Kalimat transformasi merupakan
kalimat inti yang sudah mengalami perubahan atas keempat syarat diatas yang
berarti mencakup juga kalimat luas. Namun, kalimat transformasi belum tentu
kalimat luas.
Contoh kalimat inti, luas, dan
transformasi.
a) Kalimat inti. Contoh: Adik
mengangis.
b) Kalimat luas. Contoh:
Radha, Arief, Shinta, Mamas, dan Mila sedang belajar dengan serius, sewaktu
pelajaran matematika.
c) Kalimat transformasi.
Contoh:
v Dengan penambahan jumlah
kata tanpa menambah jumlah inti, sekaligus juga adalah kalimat luas: Adik
menangis tersedu-sedu kemarin pagi.
v Dengan penambahan jumlah
inti sekaligus juga adalah kalimat luas: Adik menangis dan merengek kepada ayah
untuk dibelikan computer.
v Dengan perubahan kata urut
kata. Contoh: Menagis adik.
v Dengan perubahan intonasi.
Contoh: Adik menangis?
E. Konjugasi
Kojugasi antar klausa, antar kalimat,
dan antar paragraph.
Konjugasi atau kata sambung adalah
kata-kata yang menghubungkan bagian-bagian kalimat, menghubungkan antar
kalimat, antar klausa,antar kata, dan antar paragraph.
- Konjugasi antar klausa
a. Yang sederajat: dan, atau,
tetapi, lalu, kemudian.
b. Yang tidak sederajat:
ketika, nahwa, karena, meskipun. Jika, apabila.
- Konjugasi antarkalimat: akan tetapi, oleh karena itu, jadi, dengan demikian.
- Konjugasi antar paragraph: selain itu, adapun, namun.
DAFTAR PUSTAKA
Alsjahbana, S.
Takdir. 1960. Tata Bahasa Baru Bahasa Indonesia jilid 1 dan 2. Djakarta: Pustaka Rakyat.
Arifin, Zaenal E. 2006. Urat
Bahasa Indonesia.
Jakarta:
Akademika Preinda.
Chaer, Abdul.
2003. Seputar Tata Bahasa Buku Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.
Depdikbud. 2000. Kamus Besar
Bahasa Indonesia.
Jakarta: Balai
Pustaka.
http://enfonesia.wordpress.com/bahasa-indonesia/frase-klausa-dan
kalimat/
Kencono, Desi
Retno. 1992. Apresiasi Bahasa Indonesia. Surabaya: Kendang Sari.
Keraf, Gorys.
1980. Komposisi Pengantar Kemahiran Bahasa. Lnde, Flores: Nusa Indah
|
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji dansyukur kehadirat
Ruhan Yang Maha Esa, penulis dapat menyelesaikan sebuah makalah Bahasa
Indonesia, mungkin masih ada kesalahan dan kekurangannya. Tugas pembuatan
makalah ini dibuat sebagai tugas mandiri pendidikan bahasa Indonesia.
Kritik dan saran dari semua pihaj terutama pada
rekan-rekan yang membaca yang sifatnya membangun kami terima dengan senang hati
dan ak lupa kami ucapkan terima kasih kepada samua pihak yang membuat penulisan
makalah ini sehingga makalah ini terselesaikan, semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi yang membaca.
Metro, Desember 2009
Penulis
|
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL....................................................................................... i
KATA PENGANTAR........................................................................................ ii
DAFTAR ISI........................................................................................................ iii
BAB I TENIK MEMBACA CEPAT................................................................ 1
A. Hambatan Membaca Cepat.................................................................. 1
B. Model Membaca Cepat........................................................................ 1
C. Teknik Membaca Cepat....................................................................... 2
D. Langkah Membaca Cepat.................................................................... 2
E. Latihan Membaca Cepat...................................................................... 3
BAB II FRASAE, KLAUSA, DAN KALIMAT.............................................. 4
A. Frase..................................................................................................... 4
B. Klausa.................................................................................................. 6
C. Kalimat................................................................................................ 7
D. Jenis Kalimat........................................................................................ 8
E. Konjugasi............................................................................................. 13
Tidak ada komentar:
Posting Komentar