PERANAN SUMBER DAYA MANUSIA DALAM PERTUMBUHAN EKONOMI
Secara teoritis pembangunan mensyaratkan
adanya sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas. SDM ini dapat
berperan sebagai faktor produksi tenaga kerja yang dapat menguasai
tehnologi sehingga dapat meningkatkan produktivitas perekonomian. Unutk
mencapai SDM yang berkualitas dibutuhkan pembentukan modal manusia (human capital).
Pembentukan modal manusia ini merupakan suatu untuk memperoleh sejumlah
manusia yang memiliki karakter kuat yang dapat digunakan sebagai modal
penitng dalam pembangunan. Karakter ini dapat berupa tingkat keahlian
dan tingkat pendidikan masyarakat
Pentingnya modal manusia dalam pembangunan telah dimulai pada tahun 1960-an oleh pemikirannya Theodore Schultz tentang investment in human capital. Menurutnya pendidikan merupakan suatu bentuk investasi dalam pembangunan dan bukan merupakan suatu bentuk investasi.
Dalam perkembangannya, Schultz memperlihatkan bahwa pembangunan sektor
pendidikan dengan memposisikan manusia sebagai fokus dalam pembangunan
telah memberikan kontribusi langsung terhadap pertumbuhan ekonomi suatu
negara. Hal ini dapat dicapai melalui terjadinya peningkatan
keahlian/keterampilan dan kemampuan produksi dari tenaga kerja.
Secara
empiris kondisi SDM di negara maju dengan negara sedang berkembang
berbeda baik dalam kualitas maupun kuantitasnya. Negara sedang
berkembang dihadapkan kepada suatu realitas bahwa produktifitas tenaga
kerjanya rendah. Hal ini disebabkan karena kualitas SDM masih rendah.
Sedangkan di negara-negara maju, pendidikan dapat menjadi sebagai suatu investasi modal manusia (human capital investment). Akibatnya kualitas SDM nya tinggi sehingga produktivitas tenaga kerjanya juga tinggi.
Terdapat dua pendekatan penting dalam teori human capital
yaitu: pendekatan Nelson-Phelps (1966) dan pendekatan Lucas (1988).
Pendekatan oleh Nelshon-Phelps, Aghion dan Howitt (1966) menyimpulkan
bahwa human capital
merupakan faktor yang sangat penting dalam pertumbuhan ekonomi suatu
negara. Munculnya perbedaan dalam tingkat pertumbuhan diberbagai negara
lebih disebabkan oleh perbedaan dalam stock human capital. Aghion dan Howitt mendukung pendekatan Nelson-Phelps tentang stock human capital
yang menyimpulkan bahwa angkatan kerja yang lebih ahli dan terdidik
akan lebih mampu mengisi kualifikasi lapangan pekerjaan yang ditentukan.
Dengan kata lain pekerja yang mempunyai pendidikan lebih tinggi akan
mampu merespon inovasi yang selanjutnya akan meningkatkan pertumbuhan
ekonomi suatu Negara (Meir dan Rauch,2000:216). Sedangkan pendekatan
Lucas (1988) lebih menekankan adanya suatu signifikansi akumulasi human capital terhadap pertumbuhan ekonomi. Menurutnya terdapat dua faktor yang menjadi penyebab adanya pembentukan human capital di suatu negara. Kedua faktor tersebut adalah pendidikan dan learning by doing.
Hasil penelitian
Barro (1998) menganalisis pengaruh pendidikan terhadap pertumbuhan ekonomi 100 negara selama tahun 1960-1995. Variabel-variabel bebas ini antara lain: Government
Consumption / GDP, Years of schooling (as proxy of human capital), Life
Expectancy, Inflation rate, Rule of Law Index, Democracy Index,
Fertility Rate, Investment / GDP, Growth rate of Terms of Trade. Sedangkan
variabel terikat dalam penelitian ini adalah Pertumbuhan GDP perkapita.
Dengan menggunakan model analisis regresi linier berganda hasil
penelitian tersebut memberikan kesimpulan adanya pengaruh yang
signifikan antara pendidikan dengan pertumbuhan ekonomi. Secara lebih
detail variabel human capital memiliki peranan lebih besar terhadap pertumbuhan ekonomi dari pada varaibel physical capital.
2. TEORI PERTUMBUHAN EKONOMI
Pembangunan ekonomi suatu negara dapat ditujukan untuk mencapai
kesejahteraan hidup masyarakat secara berkelanjutan. Tujuan
kesejahteraan merupakan suatu tujuan yang masih bersifat global dan
sulit untuk mengukur tingkat kesejahteraan suatu negara. Dalam hal ini,
teori ekonomi memberikan berbagai macam pendekatan untuk mengukur dan
mengetahui tingkat kesejahteraan suatu negara. Salah satunya adalah
dengan mengetahui tingkat pertumbuhan ekonomi suatu negara.
Secara konseptual pertumbuhan ekonomi suatu negara menunjukkan suatu
perkembangan kegiatan ekonomi dari satu periode ke periode berikutnya.
Kegiatan ekonomi yang dimaksud akan menghasilkan output (pendapatan).
Sehingga pertumbuhan ekonomi pada dasarnya menunjukkan perkembangan
output dari periode ke periode berikutnya. Guna mencapai tingkat output
tersebut dibutuhkan akumulasi modal yang sesuai dengan tingkat output
yang diinginkan. Pertumbuhan ekonomi dalam pengertian ini secara
matematis dapat diturunkan dari persamaan berikut (Meier dan Rauch, 2000
123):
Diasumsikan output merupakan fungsi dari modal (physical capital dan human capital), maka
Y = f (k) .
Bentuk khusus dari persamaan tersebut dapat dituliskan lagi menjadi
f(k) = Ak
Tingkat pertumbuhan ekonomi dari dua periode waktu yang berbeda dapat ditulis menjadi:
Berdasarkan
pada formula di atas, maka pertumbuhan ekonomi merupakan suatu proses
kenaikan output per kapita dalam jangka panjang yang dihasilkan oleh
perekonomian suatu wilayah. Berdasarkan pada pengertian tersebut, maka
terdapat tiga aspek yang perlu diperhatikan dalam pertumbuhan ekonomi,
yakni adanya proses pertumbuhan, output per kapita dan jangka waktu yang
panjang dalam pertumbuhan ekonomi (Boediono, 1999:1 2). Aspek pertama
menekankan bahwa pertumbuhan ekonomi merupakan suatu proses yang
berlangsung secara dinamis dan bukan suatu gambaran ekonomi pada suatu
saat. Aspek kedua adalah output per kapita yang menunjukkan output total
dibandingkan dengan jumlah penduduk. Sedangkan aspek ketiga menunjukkan
bahwa suatu pertumbuhan ekonomi dapat terjadi bila kenaikan output per
kapita terjadi dalam jangka waktu yang cukup lama. Guna mencapai
tingkat pertumbuhan ekonomi seperti yang dibarapkan, maka terdapat tiga
hal yang perlu diperhatikan, yakni : terdapatnya akumulasi modal,
pertumbuhan penduduk kususnya pertumbuhan angkatan kerja dan terdapatnya
kemajuan tehnologi (Todaro,2000:115).
Teori pertumbuhan ekonomi menurut Stren (1991:123) menjelaskan mengenai
akumulasi modal fisik, kemajuan tehnologi (keahlian), adanya inovasi
dan ide ide baru, pertumbuhan penduduk, dan bagaimana faktor faktor
produksi yang ada digunakan. Secara umum perkembangan dalam teori
pertumbuhan dapat dibedakan ke dalam tiga pemikiran, yakni teori
pertumbuhan Harrod Domar, teori pertumbuhan Neoklasik dan teori
pertumbuhan Endogen.
2.1. Teori Pertumbuhan Harrod Domar
Teori Harrod Domar merupakan pengembangan dari teori ekonomi makro
Keynes dalam kaitannya dengan pertumbuhan ekonomi jangka panjang.
Menurut Harrod Domar pembentukan modal merupakan faktor penting yang
menentukan pertumbuhan ekonomi. Pembentukan modal tersebut dapat
diperoleh dari akumulasi tabungan yang dilakukan oleh penduduki sehingga
bermanfaat bagi kegiatan investasi (Gillis, dkk, 1996:41
42:Solow,1994:45). Secara matematis model pertumbuhan Harrod Domar dapat
dituliskan sebagai berikut:
g = s/v
Dimana notasi g merupakan pertumbuhan ekonomi, s menunjukkan marginal propensity to save dan notasi v merupakan rasio antara modal dengan output (Capital Output Ratio).
Persamaan (1.5) tersebut menunjukkan bahwa keseimbangan dalam
pertumbuhan ekonomi tergantung pada tabungan dan perbandingan modal
dengan output. Menurut Harrod Domar hanya pada kondisi dimana g s/v,
pertumbuhan dalam kapasitas output akan sesuai dengan pertumbuhan
permintaannya. Bila tingkat pertumbuhan yang terjadi melenceng dari
jalur semestinya (warranted/natural rates), maka akan
mengakibatkan ketidakstabilan dalam perekonomian. Pada keadaan ini tidak
terjadi adanya penyesuaian sendiri ke posisi keseimbangan yang
diharapkan. Kondisi dimana keseimbangan yang terjadi melenceng dari
jalur semestinya disebut sebagai knife edge, sehingga memerlukan campur tangan pemerintah agar terjadi keseimbangan yang diharapkan.
Secara grafis fungsi produksi model pertumbuhan Harrod Domar dapat digambarkan sebagai berikut (Branson, 1989:571):
Fungsi Produksi Harrod Domar
Pada Gambar tersebut K merupakan modal, L merupakan tenaga kerja, v
merupakan jumlah modal, a menunjukkan jumlah tenaga kerja dan Qo dan Q1
merupakan tingkat output pada Qo dan Ql. Menurut Harrod Domar guna
mencapai tingkat output tertentu, maka dibutuhkan sejumlah modal dan
tenaga kerja tertentu pula, sehingga rasio modal dan tenaga kerja akan
bersifat tetap.
2.2. Teori Pertumbuhan Neoklasik
Teori pertumbuhan Neoklasik yang dikembangkan oleh Solow (1956) dan
pengikutnya didominasi oleh pemikiran mengenai pertumbuhan pendapatan
per kapita dalam jangka panjang dan perkembangan yang semakin meningkat.
Dalam teorinya Solow memfokuskan perhatiannya pada proses pembentukan
modal. Menurutnya tingkat tabungan merupakan tambahan pembiayaan
terhadap stok modal nasional. Perekonomian dengan rasio K/L rendah, akan
memiliki tambahan pendapatan modal (marginal productivity of capital)
yang tinggi. Kemudian bila sebagian pendapatan ditabung, maka akan
tedadi kenaikan dalam investasi. Sehingga hal ini akan mendorong tingkat
pertumbuhan ekonomi (Grossman dan Helpman, 1994:25).
Teori pertumbuhan Neoklasik muncul guna mengkritisi pendapat Harrod
Domar mengenai pertumbuhan yang stabil. Menurut Neoklasik keseimbangan
dalam pertumbuhan ekonomi tidak kaku seperti pada pendapatnya Harrod dan
Domar. Bila pada Harrod Domar perbandingan antara modal dan tenaga
kerja (K/L) dianggap tetap, maka dalam teori pertumbuhan Neoklasik
dinyatakan bahwa perbandingan tersebut bersifat fleksibel sesuai dengan
perkembangan yang mempengaruhinya. Sehingga keseimbangan yang dihasilkan
tidak bersifat kaku. Dengan kata lain perekonomian dimungkinkan tidak
berada dalam keseimbangan, meskipun dalam perkembangan berikutnya akan
terdapat kekuatan yang menyebabkan kondisi keseimbangan tercapai lagi.
Teori pertumbuhan Neoklasik dapat diuraikan ke dalam suatu fungsi produksi Cobb Douglas, dimana output merupakan fungsi dari tenaga kerja dan modal. Sedangkan tingkat kemajuan tehnologi merupakan variabel eksogen. Asumsi yang dipakai dalam model neoklasik adalah adanya constant return to scale, adanya substitusi antara modal dan tenaga kerja dan adanya penurunan dalam tambahan produktivitas (diminishing marginal productivity) (Branson, 1989:576). Fungsi produksi Cobb Douglas yang dimaksud adalah :
Q = f(K,L)
dimana. Y merupakan tingkat output, K merupakan modal dan L merupakan tenaga kerja. Persamaan outputnya dapat ditulis menjadi :
Q = bK L 1-
dimana Q merupakan tingkat output, b merupakan tingkat kemajuan tehnologi, K merupakan modal, L merupakan tenaga kerja, dan 1 merupakan elastisitas output terhadap input modal dan tenaga kerja.
Pesamaan (1.7) dirubah menjadi produktivitas per tenaga kerja, maka
masing masing sisi dibagi dengan L, sehingga persamaannya menjadi :
Q/L = b(K/L)
dengan <>
q = b(k)
dimana q = Q/L dan k = K/L. Secara grafis hubungan antara q dengan k dapat dilihat pada gambar berikut:
Keseimbangan Pertumbuhan Neoklasik
Pada gambar di atas gambar fungsi produksi f(k) merupakan rasio modal terhadap tenaga kerja dan dibuat dengan anggapan bahwa marginal product dari k menurun. Kurva (gl/s) merupakan kurva yang menunjukkan rasio antara pertumbuhan tenaga kerja (gl) dengan marginal propensity to save (s).
Kurva (gl/s) k merupakan garis lurus karena baik gl dan s merupakan
koefisien yang nilainya diberikan secara eksogen (konstanta), sehingga
(gl/s) merupakan konstanta pula. Oleh karena itu (gl/s)k merupakan garis
lurus dengan kemiringan sebesar (gl/s) (Boediono, 1999:90).
Perkembangan perekonomian sepanjang fungsi produksi f(k) dengan adanya
kenaikan dalam k dari kl, k2 sampai k*, maka akan meningkatkan rasio
modal terhadap tenaga kerja (k=K/L). Peningkatan dalam k ini akan
diringi dengan kenaikan dalam output per pekerja (q=Q/L) pada. titik q*.
Sehingga keseimbangan akan terjadi pada, perpotongan antara kurva
(g1/s)k dengan kurva f(k), yakni pada q* dan k*. Kondisi terebut
merupakan keseimbangan yang bersifat stabil. Bila terdapat kondisi yang
tidak stabil ((gl/s)k f(k)), maka akan terdapat kekuatan yang mendorong terjadinya keseimbangan.
Selain masalah keseimbangan dalam pertumbuhan ekonomi, analisis teori
pertumbuhan Neoklasik juga menunjukkan adanya konvergenitas pertumbuhan
ekonomi antar negara. Berdasarkan teori pertumbuhan Neoklasik, maka
hukum pertambahan hasil yang menurun menyebabkan pertambahan output
mengalami penurunan, meskipun terjadi pertambahan pada modal. Secara
grafis hal ini dapat dilihat pada. gambar berikut :
Konvergenitas Dalam Pertumbuhan Ekonomi Neoklasik
Pada
gambar tersebut, k menunjukkan rasio modal terhadap tenaga kerja, q
menunjukkan rasio output terhadap tenaga kerja dan f(k) merupakan fungsi
dari rasio antara modal terhadap teriaga kerja (k). Meskipun k
meningkat dalam jumlah yang sama ((ko,kl)=(k2,k3)), tetapi kenaikan
dalam. q akan lebih besar pada perekonomian dengan kondisi awal k yang
rendah ((qo,ql) > (q2,q3)).
Oleh karena itu menurut teori Neoklasik, negara miskin dengan tingkat
rasio modal terhadap tenaga kerja (k) rendah dapat memiliki tambahan
produktivitas modal (marginal productivity of cqpital=Q/K) yang
tinggi, sehingga akan dapat meningkatkan pertumbuhannya guna mengejar
ketertinggalannya dengan negara maju. Hal ini karena di negara maju
terjadi pertambahan hasil yang semakin menurun (diminishing marginal qf capital). Sehingga
menurut teori pertumbuhan Neoklasik akan terjadi konvergenitas
pendapatan perkapita antar negara negara miskin dengan negara maju
(Barro, 1991:407 ; Cronovich,2001:6).
2.3. Teori Pertumbuhan Endogen
Teori Pertumbuhan endogen merupakan suatu teori pertumbuhan yang
menjelaskan bahwa pertumbuhan ekonomi merupakan suatu proses yang
bersumber dari dalam suatu sistem (Romer, 1994:3 ; Barro dan Martin,
1999:38). Teori pertumbuhan endogen muncul sebagai kritik terhadap teori
pertumbuhan Neoklasik mengenai diminishing margirtul produciivdy of cupital dan
konvergenitas pendapatan di berbagai negara. Berdasarkan studi empiris
yang telah dilakukan menunjukkan bahwa tidak adanya konvergenitas
pendapatan di berbagai negara (Rotner, 1994:4). Hal ini karena pada
negara negara yang sudah maju, telah mengembangkan tehnologi yang dapat
meningkatkan kapasitas produksinya. Kemajuan tehnologi tersebut salah
satunya didukung oleh adanya sumber daya manusia yang berkualitas,
sehingga mereka dapat melakukan inovasi tehnologi yang dapat memberikan
manfaat besar terhadap pembangunan. Sehingga walaupun negara berkembang
mampu meningkatkan akumulasi modal fisiknya, akan tetapi perkembangan
tersebut belum dapat mengejar ketertinggalan dengan negara maju. Dalam
hal ini teori perumbuhan endogen menjelaskan mengapa akumulasi modal
tidak mengalami diminishing return, tetapi justru. mengalami increasing return dengan adanya spesialisasi dan investasi di bidang sumber daya manusia (Meier, 2000:75).
Teori pertumbuhan endogen memiliki tiga elemen dasai, yakni (Rivera
Butiz dan Romer. 1991.530 555) , pertama, perubahan tehnologi yang
bersifat endogen melalui proses akumulasi pengetahuan ; kedua, adanya
penciptaan ide baru oleh perusahaan sebagai akibat adanya mekanisme spillover dan learning by doing dan ketiga, produksi barang barang konsumsi yang dihasilkan oleh fungsi produksi pengetahuan yang tumbuh tanpa batas.
Teori pertumbuhan endogen yang dipelopori oleh Romer (1986) dan Lucas
(1988) merupakan awal kebangkitan dari pemahaman baru mengenai faktor
faktor yang menentukan pertumbuhan ekonomi dalam jangka panjang (Pack,
1994:55). Hal ini seiring dengan perkembangan dunia yang ditandai oleh
perkembangan tehnologi modern yang digunakan dalam proses produksi.
Sehingga permasalahan dalam pertumbuhan ekonomi tidak bisa dijelaskan
secara baik oleh teori Neoklasik, seperti penjelasan mengenai decreasing return to capital, persaingan sempurna dan eksogenitas tehnologi dalam model pertumbuhdn ekonomi (Grossman dan Helpman, 1994: 27).
Munculnya teori pertumbuhan endogen dapat dinyatakan dalam suatu
persamaan : Y AK, dimana Y merupakan tingkat output, A menunjukkan
faktor-faktor yang mempengaruhi (tehnologi, sedangkan K merupakan stok
modal fisik dan sumber daya manusia. Dalam model pertumbuhan tersebut
tidak terjadi penurunan hasil yang menurun dari modal (diminishing marginal of capital) seperti
pada teori neoklasik. Hal ini disebabkan karena adanya berbagai
eksternalitas (sumber daya manusia, kemajuan tehnologi) yang dapat
mengimbangi berbagai kecenderungan terjadinya penurunan hasil (Pack,
1994:56:Romer dan Martin, 1999:40). Dalam hal ini Romer menekankan
pentingnya eksternalitas yang berhubungan dengan pembentukan modal
manusia dan pengeluaran untuk kegiatan penelitian. Dengan model
pertumbuhan Y=AK dimana =l, maka model pertumbuhan endogen menunjukkan bahwa akumulasi modal, pengetahuan dan pengalaman (learnig by doing) tidak
akan mengalami pertambahan hasil yang menurun. Sehingga terdapatnya
peningkatan dalam rasio K/L, maka akan dapat meningkatkan Y/L secara
proporsional. Kemudian rasio K/Y atau Capital Output Ratio (COR) akan tetap meskipun terjadi penurunan hasil yang semakin menurun.
3.PERANAN MODAL MANUSIA TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI
Modal manusia dapat menjadi sumber daya manusia yang handal dalam
pembangunan apabila kualiasnya tinggi. Dalam hal ini sSumber daya
manusia dalam pembangunan memiliki peranan penting dalam kaitannya untuk
meningkatkan kualitas pembangunan dan menjaga kelangsungan pembangunan
itu sendiri. Dalam kaitannya dengan teori pertumbuhan ekonomi, maka
Krugman (1994) mengatakan bahwa investasi sumber daya manusia menjadi
lebih penting peranannya dalam pembangunan. Hal ini karena kegiatan
dalam akumulasi modal fisik dapat mengakibatkan penambahan hasil yang
menurun dalam penggunaan modal (marginal diminishing return of capital), sedangkan
pembangunan membutuhkan kelangsungan dalam jangka panjang. Sehingga
adanya investasi sumber daya manusia dapat meningkatkan kemajuan
tehnologi yang pada akhirnya dapat menimbulkan kenaikan produktivitas
penduduk (Deolalikar, 1997:13).
Sumber daya manusia yang berkualitas bagi negara sedang berkembang
merupakan faktor penting dalam upaya untuk mengejar ketertinggalan
pembangunan dengan negara lain. Era informasi dan tehnologi yang
berkembang dewasa ini semakin membuktikan bahwa penguasaan, tehnologi
yang baik akan berdampak pada kualitas maupun kuantitas
pembangunan itu sendiri. Agar tehnologi dapat dikuasi, maka dibutuhkan
sumber daya manusia yang berkualitas. Dalam kontek proses produksi, maka
adanya penguasaan tehnologi yang baik, maka akan mendorong terjadinya
inovasi tehnologi. Inovasi tehnologi tersebut pada akhirnya dapat
menyebabkan penemuan produk produk baru dan cara produksi yang lebih
efisien (Barro, 1991:408 ; Mankiw, dkk, 1992:92 Romer, 1994:36).
Guna mencapai sumber daya manusia yang berkualitas, maka dibutuhkan
beberapa, upaya, diantaranya adalah dengan melakukan pengembangan sumber
daya manusia. Schultz mengemukakan beberapa upaya untuk mengembangkan
sumber daya manusia, diantaranya adalah terdapatnya pendidikan yang
diorganisasikan secara formal pada tingkat dasar, menengah dan
pendidikan pada tingkat tinggi (Jhingan, 1996:521 522).
Manfaat dari adanya pendidikan bagi pembangunan ekonomi suatu bangsa
secara umum dapat dilihat dari pendapat Todaro (2000:343), yakni :
- dapat menciptakan tenaga kerja yang lebih produktif, karena adanya peningkatan pengetahun dan keahlian ;
- tersedianya kesempatan kerja yang lebih luas
- terciptanya suatu kelompok pemimpin yang terdidik guna mengisi jabatan-jabatan penting dalam dunia usaha maupun pemerintahan ;
- tersedianya berbagai macam program pendidikan dan pelatihan yang pada akhirnya dapat mendorong peningkatan dalam keahlian dan mengurangi angka buta huruf.
Perkembangan dalam kualitas sumber daya manusia dapat dilihat dari
berbagai aspek. Berbagai penelitian yang ada menunjukkan bahwa terdapat
beberapa parameter untuk mengetahui perkembangan kualitas sumber daya
manusia, seperti angka indek guna pendidikan (Bank Dunia, 2000:206) ;
angka melek huruf, kesehatan dan pendidikan (Deolalikar, 1997:134 137).
Tinjauan dari aspek pendidikan menunjukkan bahwa perkembangan kualitas
sumber daya manusia dapat dilihat dari angka partisipasi sekolah (enrolment ratio), yakni
rasio jumlah siswa terdidik pada usia sekolah terhadap jumlah penduduk
usia sekolah, baik usia sekolah pada tingkat dasar, menengah maupun
tingkat perguruan tinggi (Ghatak dan Siddiki,1999:1 33 ; Siddiki dan
Daly, 2002:1 30: Mankiw, Romer dan Weil 1992:407 437).
Semakin besar rasio tersebut menunjukkan bahwa tingkat partisipasi
penduduk terhadap pendidikan di sekolah mengalami peningkatan.
Sebaliknya semakin rendah rasio tersebut menunjukkan tingkat partisipasi
penduduk terhadap pendidikan di sekolah rendah. Sehingga indikator
angka partisipasi sekolah dapat menggambarkan perkembangan kualitas
sumber daya manusia dalam pembangunan. Investasi yang cukup besar pada
sumber daya manusia dapat mendorong peningkatan dalam angka partisipasi
sekolah. Peningkatan dalam angka partisipasi sekolah (enrolment ratio) dapat berdampak pada peningkatan kualitas maupun kuantitas pembangunan suatu negara.
DAFTAR PUSTAKA
Barro, Robert J., 1998, Human Capital and Growth in Cross Country Regressions, Journal of Economics, Jurnal of Economics Harvard University No. 214.
Barro, Robert J dan Xavier Sala I Martin, 1999. Economic Growth, MIT Press
Boediono, 1999. Teori Petumbuhan Ekonomi, Seri Sinopsis Pengantar Ilmu Ekonomi No.4, Edisi Pertama, BPFE
Branson, William H, 1989. Macroeconomic Theory and Policy, Third Edition, Harper & Row Publisher
Cronovic, Ron. 2001. “Note on Neo Classical Growth Theory”, www.biz.uiowa. edu/class/6e002/lectures/notes 12. pdf : 18 02 02 : 1 –11
Deolalikar, Anil, dkk, 1997. “Competitiveness and Human Resource Development in Asia, Asian Development Review, Vol. 15, No.2:131 163
Gillis, Malcom, dkk, 1996. Economic of Development, fourth edition, W.W Norton & Company
Gommel, Norman, 1996. “Evaluating The Impact Of Human Capital Stock And Acculmulation On Economic Growth : Some New Evidence”. Oxford Bulletin Of economic And Statistics Vol, 58, No. 1
Grossman, Gene M. dan Elhanan Helpman, 1994. “Endogenous Innovation in The Teheory of Growth”, Journal of Economic Perspective, Vol.8, No.1 : 23-44
Hogendorn, Jan S, 1996. Economic Development, third edition, Harper Collin College Publisher
Jingan, M.L, 1996. Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan, Radja Grafindo
Lewin, Keith M, 1997. “Educational Development in Asia : issues in Planning, Policy, and Finance”, Asian Development Revie Vol.15,No.2:86 130
Luca,Ribert E.Jr,1988.”On The Mechanics of Economic Development”,Journal of Monetary Economics,22,Juli:3-42
Mankiw, N Gregory, David Romer and David N.Weil. 1992. “A Contribution to The Empirics of Economic Growth", Quartely Journal of Economics, May
Meir, Gerald M. and James E. Rauch2000. Leading Issues in Economic Development, Seventh Edition, Oxford University Press.
Nelson,Richard and Edmund Phepls,1966.”Investment in
Humans,Technologies Diffusion,and Economic Growth”,American Economic
Review : Paper and Procedings 61:69-75
Pack, Howard, 1994. “Endogenous Growth Theory”, Journal of Economic Perspectives, Vo. 8,No. 1, Winter: 55 72
Rivera Batiz, Luis A dan Paul M Romer, 1991. “Economic Integration and Endogeneos Growth”, Quartely Journal of Economics Vol.CVI, May:530555
Romer, Paul M. 1986. “Increasing Return and Long Growth”, Journal of Political Economy, 94 Oktober 1002 1037.
Solow, Robert, 1994. “Terspectives on Growth Theory” Journal of Economic Perspectives, Vol 8.No. 1, Winter:45 54
Stern, Nicholas, 1991. “The Determinants Of Growth”, Economic Journal, No. 101, Januari : 122 133
Schultz,T.W, 1961.”Education and Economic Growth”,In N.B.Henry
ed.,Social Forces Influencing American Education,Chicago:University of
Chicago Press.
Todaro, Michael, 2000, Penerjemah Harris Munandar dan Burhanuddin Abdullah, Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga EDISI 7, Erlangga, Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar